IBADAH KUNCI BULAN 30 APRIL 2022
LONCENG MEMANGGIL, DATANGLAH BERIBADAH KEPADAKU, SUPAYA APA YANG KAMU MINTA AKAN DI BERIKAN DALAM 1 BULAN BERJALAN.
TEMA : Damai Sejahtera Bagi Engkau Sekalian
By Creative Leonard Y.F. Kbarek
Paulus mengingatkan umat di Korintus tentang fondasi–fondasi dasar iman–kepercayaan mereka: Kristus mati untuk dosa–dosa kita, dikuburkan, dan bangkit lagi dari antara orang mati. Paulus mendorong orang untuk berpegang teguh pada kebenaran–kebenaran sederhana ini sebagai "yang sangat penting" (1Kor 15:3). Kata–kata yang tidak banyak ini berisikan hakekat penyelamatan kita dan adalah dasar dari pengharapan kita.
Dalam penggambaran (pemerian) Paulus atas penampakan–penampakan Kristus setelah kebangkitan–Nya, kita melihat kemenangan Yesus atas maut dan kuasa–Nya untuk menyentuh kehidupan banyak orang. Jaminan bahwa Allah dapat mentransformir kehidupan kita seharusnya memberikan kepada kita penghiburan, kekuatan dan sukacita yang besar. Apa yang telah dilakukan Allah dalam diri orang–orang lain, dapat juga dilakukan–Nya dalam diri kita. Kita hanya perlu membuka diri agar mampu menerima rahmat yang terus–menerus dicurahkan–Nya kepada anak–anak–Nya.
Paulus menceritakan bagaimana rahmat Allah diberikan juga kepadanya walaupun dia merasa tidak pantas untuk disebut rasul karena pengejaran serta penganiayaannya atas Gereja (lihat 1Kor 15:9). Kita dapat melihat kuasa Allah, kemampuan–Nya untuk memanggil umat–Nya dan memberikan diri–Nya sendiri kepada mereka, tidak hanya dalam kehidupan Paulus, melainkan juga dalam kehidupan setiap orang yang pernah disentuh oleh Allah. Rahmat Allah jauh lebih besar daripada dosa–dosa kita! Siapa saja dapat menerima karunia mutlak dari Allah. Rahmat (Latin: gratia) kita terima dari Allah bukanlah karena kepantasan diri kita, dan rahmat juga bukan sebuah hak yang dapat kita tuntut dari Allah. Yang diminta oleh–Nya hanyalah kita mempunyai iman kepada–Nya dan kita membuka diri agar dapat menerima kasih–Nya.
Pencurahan rahmat Allah juga bersifat terus-menerus, dengan demikian membawa dampak atas kehidupan kita secara berkesinambungan. Rahmat diberikan kepada kita melalui kematian Kristus yang menebus, dan dengan rahmat itu kita diselamatkan, asal kita teguh berpegang pada Injil (lihat 1Kor 15:2). Kematian Kristus adalah titik awal, dan kebangkitan–Nya adalah dasar yang berkesinambungan bagi transformasi dan pengudusan yang terus berlanjut.
Malam kunci bulan kemarin atau Ibadah minggu pagi di hari ini kita mulai di dalam salah satu pasal yang terbesar di dalam Perjanjian Baru. Ada begitu banyak teolog yang sangat memperhatikan pasal itu. Surat 1 Korintus pasal lima belas tentu saja merupakan salah satu pasal terbesar di dalam seluruh Firman Allah.
Bukan berarti saya mengikuti teologia mereka, sekalipun hal itu jauh lebih baik dari beberapa teologi modern ini, tetapi seorang teolog seperti Karl Barth dan Emil Bruner, seluruh teolog eskalogi, teologi wahyu, teologi Kristologi, orang–orang yang merupakan teolog terbesar pada masa kita berkata bahwa seluruh wahyu dan seluruh teologi mencapai klimaksnya di dalam surat 1 Korintus pasal lima belas ini. Memang, tentu saja ini merupakan pasal yang terbesar dalam Alkitab, pasal yang mulia dan penuh dengan kemenangan. Pasal ini merupakan pasal yang penuh nuansa sorgawi dan penuh kemenangan serta semua kemuliaan bagi Allah.
Jadi pada malam hari ini, saya akan berkhotbah dari ayat pertama di dalam pasal ini dan akan kita khotbahkan dalam beberapa minggu ini. Saya tidak tahu berapa lama, tetapi akan ada beberapa khotbah dari 1 Korintus pasal lima belas ini.
Lalu, ini adalah cara pasal ini dimulai:
Dan sekarang, saudara–saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri.
Oleh Injil itu kamu diselamatkan …
Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa–dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid–Nya.
Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus …
Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul.
Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya
Seorang Yahudi yang melihat Tuhan Yesus dan diselamatkan dengan cara yang ajaib dan luar biasa. Yang pertama, tanda, kepentingan dari seluruh bangsa Israel bahwa mereka akan dilahirkan kembali, seperti Paulus yang sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Oh, suatu pasal yang luar biasa! Jadi kita kembali ke bagian awal pasal ini, "Aku mau mengingatkan kamu kepada Injil." Dan judul khotbah saya pada malam hari ini adalah Ini Adalah Injil, kabar baik, kesukaan besar.
Dan ada tiga hal yang dapat kita lihat di dalamnya, tetapi saya tidak akan membahas ketiganya secara rinci pada malam ini, tetapi hanya akan memberikan sebuah gambaran ringkas dari pasal itu—tiga hal yang dia sampaikan sehubungan isi dari injil itu. Yang pertama, kematian Juruselamat kita untuk menebus dosa manusia: Dia "telah mati karena dosa–dosa kita sesuai dengan Kitab Suci." Yang kedua, Kebangkitan yang mulia dari Tuhan kita yang hidup, “bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci." Dan kemudian yang ketiga: KedatanganNya yang kedua kali, yang penuh dengan berkata, yang merupakan sisa dari pasal itu,
Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah,
Dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi.
Dan seperti yang Paulus juga sampaikan di tempat lain, "Tuhan sendiri akan turun dari sorga," "dan kita semua akan diubah." Oh, jiwaku, siapakah yang tidak akan menyatakan bahwa sebuah pasal seperti itu merupakan kemuliaan dari Allah sendiri?
Lalu, tentang hal ini, "Saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu." Itulah yang anda lihat di dalam tanda ordinansi baptisan; itu adalah maknanya. Hal lainnya tentang hal itu adalah sebuah undangan, beberapa orang berpikir seperti itu. Dan anda dapat memberikannya makna lain yang anda inginkan. Anda dapat mengubahnya, tetapi itu adalah makna yang sesungguhnya. Itu adalah ordinansi Allah dan ia memiliki sebuah makna.
Baik kedua ordinansi itu memiliki sebuah makna yang luar biasa. Ordinansi Perjamuan Tuhan memiliki sebuah makna, sebuah signifikasi. Roti yang dipecahkan ini mewakili tubuhNya. Cawan anggur, air anggur yang ada dalam cawan itu mewakili darahNya. Dan kita melakukan hal itu sampai Ia datang.
Hal ini juga memiliki sebuah makna yang luar biasa, sebab di dalam baptisan kita telah dikuburkan bersama dengan Tuhan yang sama dengan kematianNya dan kita telah dibangkitkan dari dalam air, dari dalam kuburan yang sama dengan kebangkitanNya. Dan itulah Injil. Jadi apa yang disampaikan Paulus adalah hal ini: Dia telah dikuburkan untuk kita, Dia telah mati untuk dosa–dosa kita. Dia telah dikuburkan dan Dia telah bangkit kembali untuk pembenaran kita. Dan dia berkata itu adalah injil.
Ketika seseorang berdiri di atas mimbar dan berkhotbah, dan anda berkata, "Orang itu memberitakan injil," apa maksud anda? Kita bermaksud bahwa orang itu mengkhotbahkan Yesus yang telah mati bagi dosa–dosa kita dan telah dibangkitkan untuk pembenaran kita. Itulah yang anda sampaikan di kolam baptisan, itu adalah symbol baptisan.
Ketika anda mengutus seorang misionaris ke Cina dan mengirim dia ke sana untuk memberitakan injil, apa yang dia beritakan? Itulah yang dia beritakan: bahwa Kristus telah mati untuk dosa–dosa kita dan dia telah dibangkitkan untuk pembenaran kita. Dan hal itulah yang anda lihat di tempat baptisan. Itu adalah makna baptisan.
Signifikasi baptisan terletak di dalam modenya. Jika anda mengubah modenya maka ia tidak lagi memiliki makna. Baptisan adalah sebuah penguburan bersama dengan Kristus dan sebuah kebangkitan bersama dengan Kristus, yang Paulus sampaikan bahwa itu adalah injil. Jadi itu adalah inisial ordinansi yang merupakan sebuah gambaran dari anugerah Allah di dalam Kristus Yesus.
Lalu, Paulus berkata, "Aku tidak pernah menemukan hal itu."
Dia berkata, "Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah ku terima sendiri." Paulus bukanlah penemunya, dia hanya penyampai. Dia sama seperti Yohanes Pembaptis: Dia adalah suara yang menyerukan pesan Allah.
Seperti itulah pengkhotbah yang sejati. Dia tidak berdiri di atas mimbar menyampaikan hal akal–akalan yang telah dia pikirkan. Seorang pengkhotbah Kristus yang sejati adalah seseorang yang memegang Alkitab di tangannya dan dia memberiathukan kepada orang–orang apa yang disampaikan Allah di dalam Alkitab. Hanya itu saja. Dan apa yang harus dia sampaikan tidaklah masalah. Dan apa yang harus disampaikan oleh Rabbi Smalfungus bukanlah masalah. Dan apa yang diajarkan oleh Dryas Dust tua di sekolah, tidaklah masalah. Dan apa yang disampaikan oleh Dr. Soundingbrass tua, hal itu juga tidak menjadi masalah. Satu–satunya hal yang menjadi masalah adalah, "Apa yang disampaikan oleh Allah? Seseorang harus menjadi seorang penyampai sebuah pesan dan bukan menjadi seorang penemu atau pemula. Jadi, itulah yang disampaikan oleh Alkitab.
Pada suatu kali saya mendengar seseorang yang sangat dramatis memberikan sebuah ilustrasi tentang hal itu. Oh, di sana ada Raja Inggris, Raja George atau Raja Edward atau Raja James, atau di sana ada seseorang. Ada seorang raja Inggris di sana dan dia sedang menyiarkan sebuah pesan ke seluruh dunia, ke koloni kekaisaran dan persemakmuran dan kerajaan–kerajaan, dan Negara–Negara lain yang tidak saya ketahui. Dan pesan itu juga disampaikan ke Amerika ini. Dan seluruh dunia sedang mendengarkan Raja Inggris.
Dan ketika raja berdiri untuk berbicara, kabelnya putus. Dan saya tidak tahu kabel mana yang putus atau bagaimana kabel itu disusun, akan tetapi kabel putus di suatu tempat di ruang control, dan itu merupakan sebuah hal yang sangat menakutkan, dan orang ini menggambarkannya dengan sangat dramatis. Dan apa yang dilakukan oleh orang yang mengoperasikan peralatan itu—dan hal itu disampaikan dengan sangat dramatis—dia memegang ujung kabel yang satu dan dia meraih ujung kabel yang satunya lagi, dan arus listrik itu mengalir melalui tubuhnya, sehingga pesan raja dapat disampaikan, karena hal itu disampaikan melalui getaran tubuhnya. Hal itu membuat sebuah kesan bagi saya. Setidaknya saya mengingat kisahnya.
Lalu, itu adalah sebuah ilustrasi yang baik dari hal yang ada di sini, sekalipun itu bersifat melodramatik atau tidak. Seperti itulah manusia Allah, dan itulah yang disampaikan Paulus tentang dirinya. Dia hanya menyampaikan pesan. Hal itu beranjak melalui hatinya, melalui suaranya, kecerdasannya, jiwanya. Dia menyampaikan apa yang telah Allah sampaikan kepadanya.
Lalu, kata ‘Injil’ itu: "Dan sekarang, saudara–saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil." Apakah makna dari kata injil itu? Lihatkah ke dalam Kamus Webster anda dan inilah yang akan anda temukan. Webster berkata bahwa kata injil merupakan sebuah kata Anglo Saxon lama dan itu berarti ejaan yang baik.
Lalu, mereka berbeda dengan yang di sini. Beberapa orang yang terpelajar yang menulis kamus itu, beberapa orang yang terpelajar berkata bahwa hal itu berasal dari kata kata Anglo-Saxon lama "Allah," Allah, Allah, dan "dieja," yang berarti kisah atau legenda. Jadi kata injil berarti "kisah Allah, cerita Allah, berita tentang Allah."
Kemudian ada orang lain yang berkata bahwa kata “Allah (god)” berasal dari Anglo-Saxon "baik (good)"—dan saya tidak dapat mengeluarkan detik dua di atas dua huruf hidup itu dengan sangat baik—tetapi baik, seperti yang anda tahu, baik, yang berarti berita baik. Itulah yang mereka katakan.
Lalu, kata Yunani dari kata itu adalah euangelion. "Evangelistik" berasal dari kata itu. Euangelion, kata Yunani yang di sini diterjemahkan dengan "injil," yang berarti "kabar baik, berita sukacita." Dan itulah yang disebutkan oleh malaikat dan kata itu digambarkan ketika mereka turun dari kemuliaan dan menampakkan diri kepada para gembala.
“Tiba–tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa."
Itulah injil: berita baik, berita kesukaan, berita haleluya.
Ketika anda melihat seseorang, dan dia mendapat sebuah pesan, lihatlah wajahnya. Sebab dengan melihat wajahnya anda dapat mengetahui apakah itu berita baik atau berita buruk. Jika dia sedih, muram dan masam, itu adalah berita buruk. Tetapi jika wajahnya berseri–seri dan dia tersenyum dan gembira, itu adalah kabar baik. Anda dapat melihat hal itu di wajahnya.
Lalu, Alkitab berkata injil adalah kabar kesukaan, itu adalah berita baik. Tetapi percayalah kepada saya, anda tidak akan membayangkan hal itu jika anda melihat pada sebagian orang, bukankah demikian? Oh, jiwaku, ketika mereka datang ke gereja dan ketika anda berada di sekitar mereka, mereka memberikan anda kengerian. Mereka berkata bahwa mereka mendapat agama atau kepercayaan. Iyoh kha! Mereka memiliki wajah yang kaku, dan ekspresi mereka yang muram dan tampak putus asa serta tidak bahagia! Agama, kepercayaan! Itu bukanlah agama. Agama adalah kabar baik. Agama adalah "Haleluya!" Agama adalah "Kemuliaan bagi Allah!"
Dan kemudian ada orang lain, ketika mereka berpikir tentang agama, pertama sekali mereka memikirkannya di dalam terminologi khotbah yang bodoh dan tumpul. Itu juga bukanlah agama. Agama yang sesunggguhnya mendapat cahaya Allah di dalamnya, ia memiliki kemuliaan di dalamnya, ia memiliki kebahagiaan di dalamnya. Itu adalah kabar baik dan hal itu membuat anda hidup, membuat anda gembira, membuat anda berbahagia, membuat anda ingin bersorak, "Saudara anda mendapat agama! Kabar baik, kabar baik!"
Suatu kali saya mendengar seseorang yang hatinya melimpah di dalam gereja, dan ketika pendeta berkhotbah dia berkata, "Amin!" Dan dalam sekejab, pengkhotbah berkata sesuatu yang baik dan dia mendapat agama dan dia berkata, "Haleluya! Haleluya!" Dan oh pengkhotbah terus berkhotbah dan orang itu merasa bahagia dari sebelumnya dan dia berkata, "Kemuliaan bagi Allah!"
Dan seorang penyambut tamu pergi ke sana dan menepuk bahunya dan berkata, "Dengar saudara, diamlah. Diamlah, tidakkah anda melihat bahwa anda mengganggu pengkhotbah kita?"
Dan orang itu membalas, "Tetapi saya tidak dapat diam. Saya memperoleh agama."
Dan penyambut tamu berkata, "Diamlah. Anda tidak memperolehnya di sini."
Itu adalah kabar baik, itu adalah hari yang bahagia, itu adalah hari yang mulia! Itu adalah sebuah hari yang indah, itu adalah hari injil, itu adalah hari anugerah! Itu adalah sebua hari kemenangan, itu adalah hari kejayaan, itu adalah hari kebangkitan! Itu adalah hari segala sesuatu baik! Itu adalah injil.
Dan tidak ada seorang pun di dunia ini yang bernyanyi seperti orang Kristen bernyanyi. Tidak seorang pun yang memiliki sebuah paduan suara seperti paduan suara ini—kecuali gereja yang disebelah. Tidak seporang pun yang sama seperti kita. Itu adalah Allah di dalam kita; itu adalah kuasa Allah di atas kita. Itu adalah kabar baik.
Biarkan saya memberitahukannya kepada anda, saya dapat mengingatnya—dapatkah anda? Saya dapat mengingat pertempuran yang ada di Kepulauan Filipina itu dan orang-orang dari Bataan dan Corregidor. Dan ketika benteng itu jatuh dan orang yang tersisa itu ditawan oleh tentara Jepang, apakah anda mengingat hal itu? Apakah anda mengingat perkataan MacArthur, "Aku akan kembali"? Apakah anda mengingat hal itu? Apakah anda mengingat ketika orang–orang kita pergi dari kemenangan kepada kemenangan dan dari kepulauan ke kepulauan? Apakah anda mengingat itu?
Dan apakah anda mengingat hari ketika mereka melakukan hal yang berani dan sukar untuk dipercayai? Ketika kepulauan itu masih berada di tangan orang Jepang, para prajurit Amerika kita menemukan orang–orang di Bataan itu kelaparan sebagai orang–orang tahanan. Dan mereka menemukannya dan mereka mengatur sebuah ekspedisi dan mereka pergi ke tempat itu, sekalipun itu ada di wilayah musuh.
Dan orang–orang Amerika itu datang dengan para penembak jitu, dengan pemotong kawat yang berada di tangan mereka dan mereka mengepung kawat duri dan mereka mulai memotong untuk membuka. Dan para pemuda Amerika yang malang itu yang berada di dalam, yang berada di dalam barisan kematian dan yang telah kelaparan dan yang telah melalui berbagai jenis penyiksaan dan penderitaan dan penganiayaan terluka dan dipukuli, orang–orang itu, ketika mereka mendengar kegaduhan, mereka takut dan gentar. Mereka berpikir bahwa itu adalah kematian. Dan salah seorang berbicara dan berkata, "Tetaplah di sana; orang Amerika berada di sini, orang Amerika berada di sini. Ini adalah kebebasan, ini adalah kemerdekaan."
Dan mereka mengumpulkan orang–orang itu yang telah berada di barisan kematian itu dari Bataan. Mereka mengumpulkannya bersama–sama dan menyelamatkan mereka serta membawa mereka kembali. Dan apakah anda mengingat kisah yang and abaca di surat kabar, apakan anda mengingatnya? Orang–orang ini, Pasukan Amerika, ketika orang–orang itu dibawa dari barisan kematian, ketika mereka kembali, mereka berbaris di sepanjang jalan yang bermil–mil jaraknya dan berdiri dengan memberikan penghormatan terhadap barisan pemuda itu.
Itu adalah kabar baik, bukankah begitu? Kabar baik, "Tetap di sana teman, orang-orang Amerika berada di sini. Ini adalah kebebasan, ini adalah kemerdekaan, ini adalah kemuliaan." Kabar baik! Kabar baik! Itu adalah injil, itu adalah injil.
"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar." Lalu, mengapa? Mengapa kabar baik? Baiklah, inilah alasannya mengapa. Itulah yang dimaksud oleh pasal ini. Itulah sebabnya mengapa ini kabar baik, injil adalah kabar baik: Yang pertama, ini adalah kabar baik karena bagi kita, tidak ada lagi maut dan alam maut. Itu adalah kabar baik.
Seluruh pasal ini, seluruh sisanya, inilah yang menjadi maksud pasal ini: maut bahkan tidak dapat lagi mendekati orang Kristen. Adam yang lama ini mungkin mati. Ia mungkin kembali ke debu tanah, tetapi kita akan menukar tubuh yang lama ini, ytubuh yang rusak, yang rapuh ini kembali ke tanah. Kita akan memiliki sebuah tubuh yang lebih baik, sebuah tubuh kebangkitan, sebuah tubuh yang mulia. Dan itu adalah kabar baik, itu adalah berita baik.
Paulus berkata, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Itu adalah kabar baik. Itu adalah berita baik. Tidak ada lagi kematian dan ketakutan terhadap hal itu, tidak ada lagi maut dan kemenangannya. Itu adalah kabar baik. Kristus telah menang bagi kita atas kematian dan maut. Itulah injil, itulah kabar baik.
Apakah kabar baik itu? Inilah kabar baik itu: Semua dosa kita telah dihapuskan, "Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa–dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci." Itulah kabar baik. "Akan tetapi Allah menunjukkan kasih–Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." Itulah kabar baik. Mazmur 103 berkata Sejauh timur dari barat demikian dijauhkanNya dari pada kita pelanggaran kita. Berapa jauhkan itu? Apakah sejauh 500 juta, milyar mil jauhnya—saya tidak tahu seberapa jauh timur dari barat, tetapi bagiamana pun jauhnya itu, seperti itulah Allah menjauhkan kita dari dosa–dosa kita. Kita tidak menderita untuk mereka. Kita tidak lagi dihakimi untuk mereka. Kristus telah menjauhkannya dari kita. Itulah kabar baik. Itulah kabar baik, itulah injil, "Dia telah mati karena dosa–dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci."
Apakah kabar baik itu? Kabar baik adalah penghukuman kita telah berlalu. Roma 8:1, "Demikianlah sekarang, tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada dalam Kristus Yesus." Yohanes 5:24, “Aku berkata kepadamu: "Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup." Itulah kabar baik, itulah injil. Itulah kemuliaan Anak Allah. Tidak ada lagi hari penghukuman bagi kita, hanya sebuah hari untuk menerima upah terhadap apa yang tekah kita lakukan. Tetapi hari penghukuman bagi kita telah lewat. Hari penghukuman kita ada di salib, ketika Tuhan mati untuk dosa–dosa kita. Itulah kabar baik. Itulah berita kesukaan.
Saya tumbuh besar di Panhandle, di bagian barat laut, dan saya telah melihat nyala api padang rumput yang menutupi horizon. Pada malam hari anda dapat melihat cahaya merah berpijar di horizon. Orang–orang ketakutan, karena kadang–kadang, jika angin berhembus, padang rumput yang terbakar akan menyala lebih cepat dari pada seekor kuda yang berlari kencang. Saya telah melihat setiap orang yang ada di kota kami dipanggil dan setiap orang yang dapat berjalan pergi ke sana untuk bertarung dengan api padang rumput yang sangat besar.
Jika anda pernah terperangkap di padang rumput yang terbakar, apa yang akan anda lakukan untuk menyelamatkan hidup anda? Apa yang akan anda lakukan? Karena sebuah padang rumput yang terbakar akan menghancurkan anda, membinasakan segala sesuatu yang berada di atas jalannya. Dan saya katakan bahwa nyala api itu lebih cepat dari seekor kuda pacuan. Apa yang akan anda lakukan?
Inilah yang akan anda lakukan: Ambil sebuah korek api dan nyalakan api di sekeliling anda. Dan biarkan angin menyambarnya dan membakar sebuah arena padang rumput di sekeliling anda. Kemudian berdirilah di tengah–tengah area yang terbakar itu. Dan ketika api yang besar datang, api itu tidak akan membakar tempat itu, karena ia telah terbakar; dan api itu hanya ada di sekeliling anda dan anda hidup.
Seperti itulah menjadi selamat di dalam Yesus. Penghukuman kita telah berlalu, sudah selesai. Sudah ditanggungkan atas Yesus di kayu salib. Dia telah mati menggantikan kita, itulah kabar baik, itulah injil. Kita diselamatkan melalui Dia, kita tidak akan pernah dihakimi, itulah kabar baik.
Apakah kabar baik itu. Kita telah didamaikan dengan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Akan tetapi Allah menunjukkan kasih–Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Lebih–lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah–Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak–Nya, lebih–lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup–Nya!
Kita didamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya; itu adalah kabar baik, itu adalah berita baik. Segala sesuatu benar di rumah Bapa kita, didamaikan oleh kematian AnakNya.
Beberapa dari hal ini yang saya ingat sangat, ada begitu banyak dari mereka yang sangat melodramatik. Saya tidak melakukan begitu banyak tentang hal itu. Ketika saya bertambah tua, saya beranjak dari hal itu. Tetapi ketika saya masih anak–anak, saya mendengarkan para pengkhotbah itu, kebanyakan dari mereka, tidak terpelajar, tidak berpendidikan dan tidak kenal surat, ketika saya mendengarkan mereka, mereka akan berbicara tentang hal ini, sebuah kesepakatan besar. Dan saya mengingat mereka; dan itu membuat sebuah kesan atas saya.
Dan ini adalah salah satu dari antara: didamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya. Salah satu dari orang–orang itu menyampaikan sebuah kisah yang dia peroleh dari orang lain, saya sangat pasti akan hal itu. Tetapi kisah itu berlangsung seperti ini: Ada seorang Inggris beserta dengan istrinya, dan dengan anak satu–satunya. Dan anak itu tumbuh besar, satu–satunya anak dalam keluarganya, dan mereka memanjakannya. Dan mereka merusak anak itu dan dia tumbuh menjadi seorang anak yang nakal. Dia tumbuh menjadi anak yang tidak dapat diperbaiki. Dia tumbuh besar dan menghancurkan hati ayahnya dan ibunya.
Ayah dan anak seringkali bertengkar. Dan pada suatu hari, dalam sebuah pertengkaran yang sengit, sang ayah berkata kepada anaknya: "Nak, engkau telah menghancurkan hati ibumu, dan engkau telah menghancurkan hatiku. Sekarang engkau pergilah dan jangan pernah kembali, jangan sampai kembali. Engkau pergilah."
Dan bocah itu berkata, "Dan aku akan pergi dan tidak akan pernah kembali hingga engkau memintaku untuk datang." Dan sang ayah berkata, "Aku tidak akan pernah meminta engkau untuk kembali." Dan sang anak itu dalam pernyataan yang keras berkata, "Dan aku tidak akan pernah kembali." Dan anak itu pergi.
Lalu, itulah yang terjadi antara ayah dan anak. Dan seorang ayah dapat meluputkan diri dari anaknya, sampai taraf tertentu, melupakan dia. Tetapi anda tidak dapat melakukan hal itu dalam bahasa ibu dan di dalam jiwa seorang ibu. Dia berduka atas anaknya itu dan dia berduka atas putranya itu. Dan dia menulis surat kepada anaknya itu, memohon kepadanya untuk kembali. Dan anaknya itu membalas suratnya, "Aku tidak akan kembali hingga ayah memintaku untuk datang." Dan dia memohon kepada suaminya, “Tolong, mintalah agar anak itu untuk datang.” Dan sang ayah berkata, "Aku tidak akan pernah meminta dia untuk kembali."
Dan ibu itu berduka seperti para ibu pada umumnya. Dia berduka hingga kesehatannya menurun dan hidupnya menjadi sakit. Dan dokter datang menemuinya. Dan dia berkata, "Tidak ada yang dapat saya lakukan. Saya tidak memiliki obat untuk penyakit ini. Wanita itu hatinya telah hancur, dan dia berduka hingga sakit parah." Dan ketika dia semakin lemah, suaminya berada di samping istrinya dan berkata, "Apa yang dapat aku lakukan?" Dan sang istri melihat suaminya, dan dia mengetahui persis makna dari pandangan itu. Dan istrinya berkata, "Maukah engkau menyuruh anak kita datang?"
Dan sang ayah berkata, "Ya, aku akan memintanya datang. Aku akan sampaikan kepadanya bangwa engkau menginginkannya kembali ke rumah." Istrinya berkata, "Dia tidak akan datang. Engkau harus melakukannya sendiri. Tolonglah, tolonglah, demi aku, sebelum aku meninggal, dapatkah aku melihat anakku sekali lagi?"
Dan ayahnya setuju, ia pergi ke kantor pos dan meminta anal laki–lakinya itu datang. Dan anak itu datang. Dan ketika anak itu datang, dia masuk ke dalam ruangan, entah mengapa, ayahnya yang berada di dekat ibunya, membalikkan punggungnya dan melihat ke arah jendela, bahkan tidak mau melihat anaknya itu. Anak itu datang mendekati ibunya. Dan ibunya memeluk dia, mencium dia, dan sangat bahagia atas kedatangan anaknya itu. Dan dia berkata kepada anaknya, "Nak, berbicaralah kepada ayahmu. Berbicaralah kepada ayahmu."
Dan anak itu berkata, "Saya tidak mau, hingga ia terlebih dahulu berbicara denganku." Dan dia berkata, "Suamiku, ini anakmu. Berbicaralah dengan anakmu." Suaminya berkata, "Aku tidak mau." Di dalam keputusasaan, ibu yang malang itu meraih tangan anaknya dan meraih tangan suaminya. Dan menarik tangan mereka bersama–sama, dia menggabungkan kedua tangan itu dan melihat dengan hasrat yang dalam dia melihat ke wajah suaminya. Dan dalam keputusasaan dan kedukaan dia melihat wajah anaknya. Dan dia meninggal sambil memegang kedua tangan mereka.
Dan anak itu melihat wajah ibunya dan wajah ayahnya dan ayahnya melihat wajah istrinya dan melewati wajah anaknya, dan bersama–sama membuka tangan mereka. Mereka akhirnya saling berangkulan. Mereka saling mencium satu sama lain dan meratap atas hari-hari kedukaan mereka.
Para pengkhotbah masa lampau yang sering saya dengar sering menggunakan hal seperti ini. Dan saya tidak pernah melupakannya. Kemudian pengkhotbah yang tua itu akan menunjukkan tujuannya.
Sama seperti ayah yang keras dan anak yang tidak patuh itu didamaikan oleh kematian, oleh kematian ibu yang terkasih, demikian juga kita didamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya.
Ilustrasi, seperti semua ilustrasi lainnya, tidaklah cukup benar. Tidaklah cukup tetap. Tetapi sentimennya benar. Alkitab berkata bahwa kita adalah musuh Allah. Kita berada di jalan kita sendiri dan tidak patuh, kata Alkitab. Dan Allah memalingkan wajahNya dari kita, kata Alkitab, dan kita berada di bawah murka dari penghukuman dari Allah yang kudus dan adil.
Dan Tuhan Yesus Kristus di dalam kematiannya menarik kemurkaan dari Allah Yang Maha tinggi. Seperti yang disampaikan Wahyu: Dengan darah yang mengalir keluar. Di dalam kematian AnakNya, di dalam kematian di atas salib, kita memiliki pendamaian dengan Allah. Dosa telah dibayar, penebusan telah dibuat, anda disambut kembali. Siapapun anda—pendosa yang keji, kita semua disambut kembali, selamat datang, tangan yang direntangkan, seperti perumpamaan seorang bapa yang melihat jalan, menungggu anaknya yang pemboros.
Dan seperti yang Paulus sampaikan di dalam 2 Korintus pasal lima ayat 20: Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan–akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
Pulanglah, pulanglah kepada Allah; pulanglah kepada Tuhan. Kabar baik adalah pintu itu telah terbuka dan kita semua disambut. Itulah injil, itulah kabar kesukaan, itulah sorga sekarang, itu adalah pengampunan sekarang, itu adalah kemuliaan yang akan datang. Saya menyampaikan injil kepada anda, Dia telah mati untuk dosa–dosa kita, Dia telah dibangkitkan untuk pembenaran kita; dan pada suatu hari akan datang kembali untuk kita dalam kemuliaan. Itulah artinya menjadi seorang Kristen, untuk menerima panggilan anugerah dan kasih karunia dari Kristus Yesus Tuhan kita.
Ketika kita menyanyikan pujian kita pada malam hari ini, seseorang dari anda, terimalah Yesus; terimalah kebaikan dan anugerah serta kasiih karunia dari Allah. Terimalah Dia sebagai Juruselamat anda, percayalah kepadaNya. Maukah anda datang dan berdiri di dekat saya.
Barangsiapa yang mengakui Aku di hadapan manusia, Aku akan mengakuinya di hadapan BapaKu di sorga. Kita harus melakukannya secara terbuka dan di hadapan umum.
"Saya menerima pengampunan Allah yang cuma–cuma atas dosa–dosa saya. Saya akan menerima Dia sebagai Juruselamat saya. Penebusan adalah milik saya. Saya akan percaya. Saya akan berdoa untuk ketidakpercayaan dan ketidakyakinan saya. Semoga Allah memberikan saya iman yang lebih besar."
Beberapa dari anda yang ingin bergabung dengan jemaat ini. "Saya meletakkan hidup saya bersama dengan jemaat ini."
Saat kita bernyanyi, saat kita membuat seruan. Seseorang dari anda, maukah anda datang? Maukah anda datang saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi?
Kita mungkin sudah pernah melihat batu karang yang berada di tepi laut. Batu karang itu tetap berdiri kokoh sekalipun ombak besar menghantamnya. Gambaran mengenai batu karang inilah yang kerap dipakai untuk melukiskan cara orang Kristen dalam menjalani realitas.
Jemaat di Korintus sedang bimbang terkait dengan berita kebangkitan Yesus. Sungguhkah Yesus bangkit? Bagaimana mungkin seseorang yang sudah mati dapat bangkit kembali? Siapa yang membangkitkan? Apakah ada saksi tepercaya atas peristiwa kebangkitan tersebut? Kalau ada, berapa banyak?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Paulus mengajak warga jemaat Korintus agar kembali pada Injil, yaitu Kabar Baik tentang Yesus. Paulus mengatakan kepada mereka agar jangan bimbang tentang kabar kebangkitan–Nya karena Paulus sendiri juga merupakan saksi atas peristiwa tersebut.
Kita hidup dalam konteks yang sangat jauh dari peristiwa kebangkitan Yesus. Jadi, kita mungkin saja mengalami kebimbangan serupa tentang peristiwa kebangkitan–Nya. Kita bisa saja bimbang pada kuasa kebangkitan itu sendiri. Kita mungkin bertanya–Tanya, "Betulkah kebangkitan Yesus berkuasa menyelamatkan dunia dari dosa? Jika ya, mengapa masih banyak kejahatan?
Mengapa orang Kristen masih mengalami penganiayaan sampai sekarang?"
Kebangkitan Yesus memang memiliki kuasa. Ini adalah inti iman Kristen. Akan tetapi, bukan berarti kuasa kebangkitan itu langsung menghalau segala tantangan kita sebagai orang percaya. Justru, tantangan tetap diperlukan agar iman kita kian tegar. Kuasa kebangkitan Yesus harus meneguhkan kita seteguh batu karang dalam menghadapi segala persoalan. Kuasa itu mesti memantapkan iman kita bak batu karang yang teguh walaupun dihantam badai kehidupan. Pada situasi seperti itulah kuasa kebangkitan Yesus akan menjadi nyata. Dengan kuasa kebangkitan, orang Kristen punya kekuatan untuk tetap dan terus berdiri dengan gagah.
Ketika kita mengajukan pertanyaan seperti ini, kita harus waspada bahwa kita tidak mempertanyakan kebijakan Allah. Jika kita bertanya kenapa Allah tidak dapat menyediakan "cara lain" untuk melakukan sesuatu, itu berarti kita menganggap cara Allah bukan cara yang paling baik dan cara yang lain mungkin lebih tepat. Pada umumnya cara yang lebih "tepat" adalah cara yang tepat menurut pemikiran kita. Sebelum kita dapat memahami cara Allah bekerja, kita harus mengakui bahwa rancangan Nya bukanlah rancangan kita, dan jalan Nya bukanlah jalan kita–tetapi lebih tinggi dari kita (Yesaya 55:8). Sebagai tambahan, Ulangan 32:4 mengingatkan kita bahwa "Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia." Jadi, rancangan keselamatan Allah merupakan rancangan yang sempurna, adil, dan baik, dan tidak ada seorangpun yang bisa membuahkan rancangan yang lebih baik.
Firman mengatakan, "Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci" (1 Korintus 15:3-4). Sudah terbukti bahwa Yesus yang tanpa dosa menumpahkan darah dan mati di atas kayu salib. Lebih penting lagi, Alkitab menerangkan kenapa kematian Yesus dan kebangkitanNya merupakan satu–satunya jalan ke Surga.
Dosa membawa hukuman mati.
Allah menciptakan bumi dan manusia secara sempurna. Tetapi sejak Adam dan Hawa tidak menaati perintah Allah, Dia harus menghukumnya. Seorang hakim yang memberi grasi kepada para pelanggar hukum bukanlah hakim yang baik. Dengan cara yang sama, tidak menghiraukan dosa akan membuat Allah yang Maha Kudus tidak adil. Kematian adalah konsekuensi Illahi atas dosa. "Sebab upah dosa ialah maut" (Roma 6:23). Perbuatan baik pun tidak bisa membetulkan perbuatan dosa kepada Allah yang kudus. Jika dibandingkan dengan kebaikanNya, "segala kesalehan kami seperti kain kotor" (Yesaya 64:6). Sejak Adam berdosa, setiap manusia telah bersalah tidak mematuhi hukum Allah yang baik. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23). Dosa tidak hanya mencakup hal yang besar seperti membunuh atau menghujat, tetapi juga hal kecil seperti cinta uang, kebencian terhadap musuh, kebohongan dan kesombongan. Oleh karena dosa, semua orang pantas menerima hukuman mati - terpisah secara abadi dari Allah di neraka.
Janji membutuhkan korban yang tidak berdosa
Walaupun Allah mengusir Adam dan Hawa dari taman Eden, Ia tidak meninggalkan mereka tanpa harapan tentang Surga. Dia berjanji akan menyediakan korban yang akan dibebani hukuman yang seharusnya mereka terima (Kejadian 3:15). Sampai terpenuhinya janji itu, manusia mengorbankan domba yang polos, sebagi tanda pertobatan mereka dari dosa dan tanda iman bahwa Allah akan menyediakan korban yang dapat menanggung hukuman mereka di masa yang akan datang. Allah meneguhkan janjiNya mengenai penyediaan kurban pada Abraham dan Musa. Di sinilah terlihat keindahan rencana agung Allah: Allah sendiri akan menyediakan satu–satunya kurban tunggal (Yesus) yang dapat menebus dosa umatNya. Anak Allah yang sempurna menggenapi persyaratan Allah sesuai dengan hukumNya yang sempurna. Rencana Allah cemerlang dalam kesederhanaannya. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Korintus 5:21).
Para Nabi menubuatkan kematian Yesus.
Mulai dari Adam sampai dengan Yesus, Allah mengutus nabinya di antara umat manusia, mengingatkan mereka tentang upah dosa dan bernubuat tentang datangnya Sang Mesias. Seorang Nabi bernama Yesaya, menggambarkan Mesias:
Siapa gerangan telah percaya akan kabar kami, dan kepada siapa tangan Tuhan dinyatakan? Karena ia telah tumbuh di hadapan hadirat–Nya seperti taruk muda, seperti sebuah akar dari pada tanah yang kering; maka tiadalah padanya barang keelokan atau kemuliaan, sehingga kita pandang akan dia, dan tiada pula rupanya, sehingga kita rindu akan dia. Bahwa ia dicelakan dan terhina di antara segala manusia, seorang yang kena sengsara dan yang biasa dalam kesukaran; seperti seorang yang dari padanya juga ditudungi oranglah mukanya, demikianlah ia dicelakan, maka kitapun tiada mengindahkan dia. Sebenarnya ditanggungnya segala kelemahan kita dan diangkutnya segala penyakit kita, tetapi pada sangka kita bahwa disengsarakan dan dipalu dan direndahkan Allah akan dia. Tetapi ia sudah kena luka karena sebab segala kesalahan kita, dan iapun dihancurkan karena sebab segala kejahatan kita; bahwa siksa yang mengadakan selamat bagi kita itu berlaku atas dia dan oleh segala bilurnya kitapun disembuhkan. Bahwa sesatlah kita sekalian seperti domba, masing-masing kita balik kepada jalannya sendiri, tetapi segala kejahatan kita ditempuhkan Tuhan kepadanya. Apabila ia itu ditagih maka iapun disengsarakan, tetapi tiada dibukakannya mulutnya; seperti seekor anak domba ia dihantar akan dibantai dan seperti seekor kambing biri–biri kelu di hadapan orang yang mengguntingi bulunya, demikianpun tiada dibukakannya mulutnya. Bahwa iapun diangkat dari dalam kepicikan dan dari dalam pehukuman, maka di antara segala orang zamannya siapakah memperhatikannya, bahwa ia dikerat dari negeri orang yang hidup; karena sebab kesalahan segala umat–Ku maka bala itu sudah berlaku atasnya. Bahwa ditentukan oranglah kuburnya di antara segala orang fasik, tetapi dalam hal matinya adalah ia di antara orang kaya-kaya, karena iapun tiada berbuat dosa, dan tipupun tiada terdapat dari pada mulutnya. Tetapi adalah kehendak Tuhan juga menghancurkan dia dan mempersakiti dia. Apabila sudah diserahkannya nyawanya akan korban karena salah, iapun akan melihat benih dan melanjutkan umur, maka keridlaan Tuhanpun akan beruntung oleh tangannya. Karena sebab kesukaran jiwanya iapun akan melihatnya dan hatinya akan berpuas; dengan pengajarannya juga hamba–Ku yang benar itu akan membenarkan banyak orang, karena akan ditanggungnya segala dosa mereka itu. Maka sebab itu Aku akan mengaruniakan kepadanya suatu bahagian dari pada orang banyak dan diambilnya akan dirinya orang–orang yang berkuasa seolah–olah barang jarahan, sebab sudah dicurahkannya nyawanya ke dalam maut dan iapun dibilang dengan orang durhaka dan sudah ditanggungnya dosa orang banyak dan sudah dipintanya doa akan orang durhaka (Yesaya 53:1-12).
Beberapa ratus tahun kemudian, nubuatan nabi Yesaya digenapi dalam Tuhan Yesus yang sempurna dan tak bercela, yang dilahirkan oleh seorang perawan bernama Maria. Ketika nabi Yohanes Pembaptis melihat Dia, ia berseru, "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia!" (Yohanes 1:29). Banyak orang mengepung Dia untuk dipulihkan dan diajari, tetapi pengajar agama malah mencemooh Dia. Massa berseru pula, "Salibkan Dia!" Prajurit pun memukuli, mencemooh, dan menyalibkan Dia. Sesuai dengan nubuatan nabi Yesaya, Yesus di salibkan di antara dua penjahat tetapi dikubur di makam orang kaya. Akan tetapi Dia tidak menetap di dalam kubur. Karena Allah telah menerima pengorbanan Sang Domba, Dia menggenapi nubuatan lain dengan cara membangkitkan Yesus dari kematian (Mazmur 16:10; Yesaya 26:19).
Mengapa Yesus harus mati?
Haruslah kita ingat bahwa Allah yang kudus tidak bisa membiarkan dosa tidak terhukum. Jika kita menanggung dosa kita sendiri, maka kita harus menderita penghakiman Allah di dalam api neraka. Puji Tuhan, Dia memenuhi janjiNya untuk menyediakan dan mengorbankan Sang Domba yang sempurna yang menanggung dosa semua yang percaya dalam Dia. Yesus harus mati karena hanya Dia sendiri yang dapat membayar denda dari dosa seluruh umat manusia.
Tuhan Yesus dipaku di kayu salib, karenanya menggenapi pekerjaan untuk menebus umat manusia. Mengapa kemudian Dia menampakkan diri kepada orang–orang selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya? Apakah maknanya dan apakah kehendak-Nya di balik penampakan–Nya kepada manusia setelah kebangkitan–Nya? Baca artikel dan akan mengungkapkan jawabannya untuk Anda.
Di dalam Injil, ditulis: "Dan saat mereka bercakap-cakap, Yesus berdiri di tengah–tengah mereka dan berkata kepada mereka: 'Damai sejahtera bagi engkau sekalian!' Tetapi mereka terkejut dan takut, dan mengira bahwa mereka melihat hantu. Maka Dia berkata kepada mereka: 'Kenapa kalian takut? Dan kenapa ada kebimbangan di hati kalian? Lihatlah tangan dan kaki–Ku, inilah Aku: rabalah Aku, dan lihatlah, karena hantu tidak memiliki daging dan tulang, sebagaimana yang engkau lihat pada–Ku.' Sambil berkata demikian, Dia menunjukkan tangan dan kaki–Nya kepada mereka. Dan karena mereka tidak percaya juga ataupun bergirang, tetapi masih heran, Dia berkata kepada mereka: 'Apakah ada daging di sini?' Dan mereka memberi-Nya ikan panggang, dan madu. Dan Dia mengambilnya dan makan di depan mereka" (Lukas 24:36-43). Setiap kali aku membaca ayat ini, aku merasa iri kepada Petrus, Yohanes, dan yang lain. Ketika Yesus melakukan pekerjaan–Nya di Yudea, Dia selalu bersama para murid–Nya siang dan malam dan, setelah Dia bangkit, Dia memerhatikan mereka persis seperti dilakukan–Nya sebelumnya, dan Dia menampakkan diri kepada mereka, menjelaskan Kitab Suci kepada mereka dan memberi mereka pengajaran. Petrus dan yang lain–lain beruntung karena telah dipilih oleh Tuhan untuk menjadi murid–murid–Nya dan mereka bisa mendengar pengajaran Tuhan Yesus dengan mata kepala mereka sendiri—mereka begitu diberkati! Aku membaca firman Tuhan, dan aku menjadi memahami bahwa kehendak Tuhan Yesus sesungguhnya ada di balik penampakan–Nya kepada manusia setelah kebangkitan–Nya, dan bahwa perbuatan ini semakin merangkum kemahakuasaan dan hikmat Tuhan. Aku benar–benar memahami bahwa penampakan Tuhan Yesus kepada manusia setelah kebangkitan-Nya sungguh begitu bermakna!
Firman Tuhan mengatakan: "Hal pertama yang dilakukan oleh Tuhan Yesus setelah kebangkitan-Nya adalah mengizinkan setiap orang untuk melihat–Nya, menegaskan bahwa Dia ada, dan menegaskan fakta tentang kebangkitan–Nya. Selain itu, tindakan ini memulihkan hubungan–Nya dengan orang–orang kembali seperti ketika Dia bekerja dalam daging, ketika Dia adalah Kristus yang dapat mereka lihat dan sentuh. Salah satu hasil dari tindakan ini adalah orang–orang tidak lagi ragu sedikit pun bahwa Tuhan Yesus telah bangkit dari kematian setelah disalibkan, dan mereka juga tidak memiliki keraguan terhadap pekerjaan Tuhan Yesus untuk menebus umat manusia. Dan hasil lainnya adalah fakta bahwa melalui penampakan Tuhan Yesus kepada orang-orang setelah kebangkitan–Nya dan dengan membiarkan orang melihat dan menyentuh–Nya, Dia dengan tegas mengokohkan umat manusia pada Zaman Kasih Karunia, memastikan bahwa, sejak saat itu dan seterusnya, manusia tidak akan kembali ke zaman sebelumnya, yaitu Zaman Hukum Taurat, atas dasar dugaan mereka bahwa Tuhan Yesus telah 'menghilang' atau bahwa Dia telah 'pergi tanpa sepatah kata pun.' Dengan demikian, Dia memastikan bahwa mereka harus terus bergerak maju, mengikuti pengajaran Tuhan Yesus dan pekerjaan yang telah Dia lakukan. Dengan demikian, fase baru dalam pekerjaan di Zaman Kasih Karunia secara resmi dibuka, dan sejak saat itu, orang–orang yang telah hidup di bawah hukum Taurat secara resmi keluar dari hukum Taurat dan masuk ke dalam era yang baru, permulaan yang baru. Inilah berbagai segi makna penampakan Tuhan Yesus di hadapan umat manusia setelah kebangkitan" (Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III).
Setelah membaca firman Tuhan, akhirnya aku memahami bahwa ada dua makna di balik penampakan Tuhan Yesus kepada manusia selama 40 hari setelah kebangkitan–Nya. Yang pertama adalah bahwa Dia datang untuk menyampaikan kepada manusia bahwa Tuhan telah mengakhiri Zaman Hukum Taurat, dan bahwa Dia telah memulai Zaman Kasih Karunia dan akan menuntun umat manusia ke dalam era yang baru. Makna yang lain adalah bahwa Tuhan melakukan ini untuk memampukan orang menegaskan bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan Sendiri yang berinkarnasi, dan dengan demikian menguatkan iman mereka kepada Tuhan.
Penampakan Tuhan Yesus kepada Manusia setelah Kebangkitan-Nya Memampukan Mereka untuk Menegaskan bahwa Dia Adalah Inkarnasi Tuhan Sendiri, dan karenanya Menguatkan Iman Mereka kepada-Nya.
Firman Tuhan mengatakan: “Selama masa Tuhan Yesus bekerja dalam daging, sebagian besar pengikut-Nya tidak bisa sepenuhnya memastikan identitas-Nya dan hal-hal yang Dia katakan. Ketika saat penyaliban-Nya semakin mendekat, sikap para pengikut-Nya adalah sikap yang memperhatikan. Kemudian, dari sejak Dia disalibkan sampai saat Dia dimasukkan ke dalam kubur, sikap orang-orang terhadap-Nya adalah kekecewaan. Selama waktu ini, hati orang-orang mulai berubah dari meragukan hal-hal yang Tuhan Yesus katakan selama waktu diri-Nya berada dalam daging menjadi menyangkal semua itu sama sekali. Kemudian, ketika Dia berjalan keluar dari kubur, dan menampakkan diri kepada orang-orang orang satu per satu, kebanyakan dari mereka yang melihat-Nya dengan mata kepala mereka sendiri atau mendengar berita tentang kebangkitan-Nya secara bertahap mengubah sikapnya dari sikap yang menyangkal menjadi sikap yang menyangsikan. Hanya setelah Tuhan Yesus membiarkan Tomas meletakkan tangannya di lambung-Nya, dan setelah Dia memecah-mecahkan roti dan memakannya di depan orang banyak setelah kebangkitan-Nya, dan setelah Dia makan ikan panggang di depan mereka, baru pada saat itulah mereka benar-benar menerima kenyataan bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus dalam daging. Engkau dapat mengatakan bahwa seolah-olah tubuh spiritual yang memiliki darah dan daging yang berdiri di depan orang-orang itu, sedang membangunkan setiap orang dari mimpi: Anak Manusia yang berdiri di depan mereka adalah Dia yang telah ada sejak permulaan zaman. Dia memiliki wujud, serta daging dan tulang, dan Dia telah hidup dan makan bersama umat manusia untuk waktu yang panjang .... Pada saat ini, orang-orang merasa bahwa keberadaan-Nya begitu nyata, begitu luar biasa. Pada saat yang sama, mereka juga begitu bersukacita dan bahagia, dan dipenuhi dengan emosi. Penampakan kembali diri-Nya memungkinkan orang untuk benar-benar melihat kerendahhatian-Nya, merasakan kedekatan dan kasih sayang–Nya kepada umat manusia, dan merasakan betapa dalam Dia memikirkan tentang mereka. Pertemuan kembali yang singkat ini membuat orang–orang yang melihat Tuhan Yesus merasa seakan waktu yang panjang telah berlalu. Hati mereka yang tersesat, bingung, takut, gelisah, mendamba, dan mati rasa akhirnya menemukan penghiburan. Mereka tidak lagi merasa ragu–ragu atau kecewa, karena mereka merasa bahwa kini ada harapan dan sesuatu yang bisa mereka andalkan. Sang Anak Manusia yang berdiri di depan mereka akan mendukung mereka untuk selamanya; Dia akan menjadi menara yang kuat bagi mereka, tempat perlindungan mereka untuk selama-lamanya” (Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III).
Firman Tuhan menjelaskan makna lain dari penampakan Tuhan Yesus kepada manusia setelah kebangkitan–Nya. Tuhan Yesus berinkarnasi di antara manusia dan melaksanakan pekerjaan–Nya selama tiga setengah tahun, dan banyak orang menerima keselamatan–Nya dan mengikuti Tuhan. Namun demikian, kebanyakan orang tidak memiliki pemahaman yang benar bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus dan bahwa Dia adalah Tuhan sendiri. Karena itu, ketika Tuhan Yesus akan disalibkan, mereka menyaksikan peristiwa–peristiwa yang terjadi dan hati mereka mulai ragu, lalu mereka bertanya pada diri mereka sendiri: Apakah Tuhan Yesus sungguh–sungguh Tuhan? Jika Dia adalah Kristus dan Tuhan sendiri, bagaimana Dia bisa ditangkap oleh penguasa Romawi, didera dan dihina oleh para serdadu dan lalu disalibkan? Terutama, ketika Yesus digantung di kayu salib, mereka benar-benar merasa kecewa kepada-Nya dan mereka mengingkari bahwa Dia adalah inkarnasi Tuhan sendiri dan menolak firman yang sudah disampaikan–Nya, dan alih–alih memercayai bahwa Yesus akan mati seperti orang biasa dan bahwa Dia tidak mungkin selamat. Tuhan Yesus tahu bahwa orang punya iman sekecil itu, bahwa mereka tidak mengenal Tuhan, dan terlebih lagi bahwa orang akan menjadi lemah dan sedih karena Dia sudah disalibkan. Karenanya, setelah Tuhan Yesus kembali dari kematian, Dia berhubungan dengan para murid–Nya dan berbicara kepada mereka, Dia menjelaskan kitab suci dan bersekutu dengan mereka, Dia makan dengan mereka, dan Dia membiarkan Tomas untuk menyentuh tangan–Nya dan lambung–Nya, dan seterusnya. Dari firman yang Tuhan Yesus sampaikan serta perbuatan yang Dia kerjakan setelah kebangkitan–Nya, para murid–Nya menjadi yakin bahwa Yesus benar–benar telah dibangkitkan, dan mereka tahu bahwa Dia adalah Tuhan yang sama yang telah makan, tinggal, dan berbagi kehidupan dengan mereka sebelumnya, bahwa Dia adalah Tuhan yang sama yang telah berkhotbah kepada mereka, menyediakan bagi dan menuntun mereka, yang mengasihi mereka dengan cara yang sama seperti ditunjukkan–Nya sebelumnya, bahwa Dia memerhatikan mereka dan tidak meninggalkan mereka, dan bahwa Dia ada di sana dengan mereka. Tuhan Yesus adalah inkarnasi Tuhan sendiri, Dia yang kekal, penopang abadi manusia, menara dan benteng perlindungan manusia yang kuat. Walaupun Tuhan Yesus sudah disalibkan, Dia adalah pemegang kunci kehidupan akhirat dan Dia punya kuasa untuk kembali pada kehidupan, sebab Dia adalah Tuhan sendiri yang unik … Sejak saat itu, orang tidak lagi merasa hilang arah atau bingung dan mereka tidak lagi meragukan Tuhan Yesus, tetapi sebaliknya percaya dan mengandalkan Yesus dari lubuk hati mereka. Ini sepenuhnya adalah hasil dari Tuhan Yesus yang menampakkan diri kepada para murid–Nya dan berbicara dengan mereka setelah Dia kembali dari kematian.
Dari dua makna yang terkandung dalam penampakan Tuhan Yesus kepada manusia setelah kebangkitan–Nya, akhirnya aku menyadari bahwa Dia telah membangkitkan hati orang melalui cara Dia menampakkan diri kepada mereka dan Dia juga memampukan kita untuk mengalami perhatian dan kasih Tuhan bagi kita. Perhatian dan kasih semacam ini bukan sekadar semacam legenda—perhatian dan kasih tersebut adalah fakta. Dari sini, kita dapat juga melihat bahwa Tuhan memandang kita sebagai kaum–Nya; Dia selalu bersama manusia dan tidak pernah meninggalkan kita, sebab Tuhan telah menciptakan kita untuk mendapatkan kita, dan Dia berharap bahwa kita akan mendengar firman–Nya, menaati–Nya dan menyembah–Nya sepenuhnya, dan menjadi sepikir dengan–Nya. Karenanya, entah Tuhan Yesus melakukan pekerjaan-Nya dan menyampaikan firman–Nya dalam rupa manusia atau Dia menampakkan diri kepada manusia dalam Roh setelah kebangkitan–Nya, Dia selalu memberi perhatian kepada umat manusia, dan terutama Dia peduli kepada mereka yang mengikuti–Nya. Ini dikarenakan manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengalahkan dosa, dan tanpa bimbingan Tuhan dan tanpa perbekalan kebenaran, manusia tidak mungkin mengatasi kerusakan mereka dan mencapai keselamatan Tuhan yang sejati. Dalam kesalahpahaman kita, kita percaya bahwa Tuhan telah meninggalkan kita setelah Dia menyelesaikan pekerjaan penebusan dan bahwa Tuhan tidak lagi memerhatikan kita sesudahnya. Namun, kebenarannya tidaklah seperti yang kita bayangkan. Tuhan Yesus telah menyelesaikan pekerjaan–Nya untuk menebus umat manusia, tetapi Dia tidak meninggalkan manusia. Dia masih bersama manusia, persis seperti yang sebelumnya dilakukan–Nya, memerhatikan kita, memelihara kita dan membimbing kita; Tuhan Yesus adalah pertolongan dan penopang kita dalam kebutuhan kita, dan tidak peduli bagaimana Dia menampakkan diri kepada kita, Dia akan selalu beserta kita! Persis seperti difirmankan Tuhan:"Meskipun Tuhan Yesus telah bangkit, hati–Nya dan pekerjaan–Nya tidak meninggalkan umat manusia. Dengan menampakkan diri kepada orang-orang, Dia memberi tahu mereka bahwa berada dalam bentuk apa pun diri–Nya, Dia akan menemani manusia, berjalan bersama mereka, dan menyertai mereka kapan pun dan di mana pun. Dia mengatakan kepada mereka bahwa kapan pun dan di mana pun, Dia akan membekali dan menggembalakan mereka, membiarkan mereka melihat dan menyentuh-Nya, dan memastikan bahwa mereka tidak akan pernah lagi merasa tak berdaya. Tuhan Yesus juga ingin orang–orang tahu bahwa mereka tidak hidup di dunia ini sendirian. Umat manusia memiliki pemeliharaan Tuhan; Tuhan menyertai mereka. Mereka selalu dapat bersandar kepada Tuhan, dan Dia adalah keluarga bagi setiap pengikut–Nya. Dengan Tuhan sebagai sandaran, umat manusia tidak akan lagi kesepian atau tidak berdaya, dan mereka yang menerima–Nya sebagai korban penghapus dosa, mereka tidak akan lagi dibelenggu dalam dosa" (Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III).
Kenyataannya, masing–masing dan setiap dari kita yang percaya pada Tuhan Yesus dapat melihat bahwa, dalam jalan kepercayaan kepada Tuhan, setiap kali kita menghadapi pencobaan seperti uang, ketenaran atau kekayaan, Tuhan melindungi kita dan memampukan kita untuk mengelak dan mengalahkan cobaan tersebut; setiap kali kita menghadapi kemunduran dan kegagalan, Tuhan membimbing kita dengan firman–Nya, Dia memberi kita iman dan kekuatan, yang menjadikan kita kuat; ketika kita menghadapi berbagai kesulitan dalam kehidupan kita, Tuhan selalu menolong kita saat dibutuhkan, membuka jalan keluar bagi kita; ketika ujian menimpa kita dan kita mengalami penderitaan, firman Tuhan pada waktunya menerangi dan membimbing kita, memampukan kita untuk memahami kehendak Tuhan dan bagi kita untuk merasakan damai sejahtera dan sukacita dalam roh kita … Kita dapat benar–benar merasa bahwa Tuhan ada di sisi kita, membimbing dan menyertai kita setiap hari demi hari, memampukan kita untuk memahami kebenaran dan memahami kehendak–Nya ….
Aku begitu tergerak oleh kasih Tuhan, dan kini aku memahami lebih baik mengapa Tuhan Yesus menampakkan diri kepada manusia selama 40 hari setelah kebangkitan–Nya, dengan makan di depan para Murid–Nya, menjelaskan kitab suci dan bersekutu dengan mereka, menetapkan banyak persyaratan atas mereka, dan seterusnya. Setiap hal yang Tuhan Yesus katakan atau lakukan berlimpah dengan perhatian dan kepedulian yang amat besar, serta semua perbuatan dan firman–Nya luar biasa bermakna. Dengan membaca firman Tuhan, kini aku memiliki pemahaman yang lebih mendalam mengenai penampakan Yesus kepada manusia setelah kebangkitan–Nya. Syukur kepada Tuhan!
Meski demikian, Injil tetap bisa jadi rujukan untuk mengetahui berapa kali Yesus menampakkan diri kepada para murdi-Nya. Ternyata, secara keseluruhan Yesus menampakkan diri sebanyak 10 kali kepada murid-murid-Nya, dalam tubuh yang dibangkitkan.
1) Kepada Maria Magdalena
Yesus menampakkan diri kepada Maria Magdalena di depan kubur yang sudah kosong pada Minggu pagi. Ketika itu, Yesus berkata kepadanya, “Maria.” Dia berbalik dan berkata kepada Yesus dalam bahasa Ibrani, “Rabboni!” (Yang berarti Guru). Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” (Yoh. 20: 16-17)
2) Kepada para perempuan
Yesus juga menampakkan diri kepada para perempuan lain yang datang ke makam Yesus pagi itu. Penginjil Matius menulis: “Tiba–tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka mendekati–Nya dan memeluk kaki–Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” (Mat. 28:8-10)
3) Kepada dua murid
Yesus juga menampakkan diri kepada dua murid dalam perjalanan ke emaus. Semula keduanya tidak mengenal Yesus. Tapi akhirnya mata hati mereka terbuka, ketika Yesus memecahkan roti di hadapan mereka. (Lukas 24:13-43).
4) Kepada Simon
Dari penginjil Lukas, kita juga dapat mencatat bahwa Yesus memperlihatkan diri-Nya kepada Simon. “Kata mereka itu: “Sesungguhnya Tuhan z telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.” (Luk: 24:34)
5) Kepada semua murid-Nya
Yesus menampakkan diri kepada semua murid, seperti yang dicatat dalam Lukas 24:36-49. Diceritakan bahwa Yesus memperlihatkan juga luka-luka-Nya sehingga membuat para murid percaya bahwa Dia-lah Yesus yang sudah bangkit.
6) Kepada murid-murid lain, termasuk Thomas
Thomas yang mendengar cerita dari para murid lain bahwa Yesus sudah bangkit, tidak percaya. Maka Yesus menampakkan diri sekali lagi kepada para murid, termasuk kepada Thomas. Hal ini dapat kita temukan dalam Injil Yohanes 20:26-29.
7) Kepada Tujuh murid di Danau Tiberias
Yesus kembali menampakkan diri kepada para murid di pantai danau Tiberias. Injil Yohanes 21:1-2 mencatat, di tepi pantai danau Tiberias, Yesus menamapakkan diri kepada tujuh murid, termasuk Simon Petrus dan Thomas.
8) Kepada 500 murid
Dari Surat I Korintus diketahui bahwa Yesus menampakkan diri kepada 500 orang sekaligus. “Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal.” (1Kor 15:6).
9) Kepada Yakobus
Surat 1 Korintus 15:7 juga mencatat bahwa Yesus menapakkan diri kepada Yakobus, dan kepada murid yang lain. “Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, l kemudian kepada semua rasul.”
10) Saat Ia akan naik ke Surga
Pada hari dimana Yesus akan naik ke Surga, ia juga menampakkan diri kepada para murid-Nya. Bahkan dikatakan bahwa Yesus sengaja membawa mereka ke luar kota dekat Betania untuk melihat-Nya naik ke Surga. (Luk 24:50-53).
Paulus menyebut dirinya sebagai manusia yg paling hina dan tidak layak disebut rasul. Di bagian lain, Paulus menyebut dirinya sebagai hamba. Bukan hanya hamba tapi hamba yang paling rendah kedudukannya. Hamba yang paling dulu dikorbankan oleh tuannya, krn harganya sangat yang murah. Seorang rasul besar yang menulis separuh kitab Perjanjian Baru tapi memiliki sikap rendah hati yang luar biasa. Hal ini memukul telak orang yang sombong.
Rasul Paulus mengetahui status dia sebagai rasul, ia menyadari masa lalunya yang gelap, sebagai penganiaya jemaat. Sehingga ia merasa sebenarnya ia tidak layak menjadi rasul. Namun, oleh karena kasih karunia dan belas kasihan Allah itulah, yang membuat ia bersyukur, dan mendorongnya semakin giat melayani Tuhan. Seperti tertulis:
"Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (Ayat. 10)
Saudara yang terkasih, bila kita menyadari segala kelemahan dan keterbatasan kita, bahkan mungkin saja masa lalu yang kurang baik dalam hidup kita, ingatlah itu semua janganlah menjadi alasan bagi kita untuk kendor dan lemah dalam pelayanan.
Tetapi karena kasih Tuhan yang besar Tetap memanggil, membuat kita tidak menyia-nyiakan kasihNya, bahkan dengan semakin giat dan semakin keras kita melayani Dia.
Hidup tak selalu sempurna, yang terjadi tak selalu kita suka; tetapi kita boleh selalu bahagia: Dengan mensyukuri apa yang ada. Demikian sebuah ungkapan bijak. Seseorang yang mampu bersyukur kepada Tuhan adalah mereka yang mampu melihat sesuatu kekuatan yang ada diluar dirinya, yakni kuasa dan penyertaan Tuhan. Disaat orang saleh dan beriman mengalami duka, dia akan berdoa mohon kekuatan hati dari Tuhan. Tetapi jika orang yang tak percaya Tuhan menghadapi kesulitan dan kesusahan, dia akan mengutuki diri dan menyalahkan Tuhan. Jika kita tidak mampu melihat campurtangan Tuhan dalam hidup kita, pastilah kita banyak mengeluh dan sebaliknya akan menyombongkan diri ketika dirasa hidup ini sukses.
Pada nats firman Tuhan pagi ini, Paulus merasakan bahwa segala sesuatu kesusksesan, keberhasilan bahkan penderitaan adalah semata-mata kasih karunia Allah. Secara rohani dia melihat hidupnya sebagai seorang Kristen, pelayanan kerasulannya, dan bagaimana dia untuk bertahan didalam pekerjaannya, semua ini benar-benar adalah karunia dan kuasa Tuhan dalam hidupnya. Sehingga dia mengatakan: “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkanNya kepadaku tidak sia-sia. Sebaiknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku”
Manusia hidup tanpa tahu sebelumnya, ia ada tanpa ditanya dan diminta. Banyak yang melarat dan tak sedikit yang sekarat, ada yang jadi raja, ada pula yang kaya-raya. Tetapi kita seringkali merasa tidak puas dan menggerutu dengan keadaan kita saat ini, Pengalaman buruk di masa lalu terkadang terus menghantui perjalanan hidup kita. Inilah yang membuat kita tak dapat mengucap syukur kepada Tuhan. Andaikata kita dapat menyadari keadaan diri sendiri, seberapa kekuatan atau kelemahan kita, kita akan lebih dapat menerima diri kita sebagaimana adanya.
Masa lampau telah berlalu, masa depan masih akan datang dan masa kini adalah nyata. Kini adalah masa yang paling dekat dengan kita. Banyak tuntutan permasalahan dan peristiwa sedang bertarung dalam kehidupan kita. Kalau kita ingin berkembng, bukan kemarin dan besok, tetapi sekaranglah. Hari ini sangat indah dan menggairahkan. Sebab saat ini alalah saat untuk tumbuh dan berjuang untuk menghadapi tantangan. Hari kemarin adalah impian, hari esok masih bayang-bayang. Hari ini jika diisi baik akan menjadikan hari kemarin sebagai impian yang membahagiakan, serta hari esok bayangan yang penuh harapan. Bagaimana pun keadaan kita di masa lalu janganlah menjadi masalah yang dibesar-besarkan. Yang penting adalah keadaan kita sekarang ini yaitu “…bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan , dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci,” (1 Korintus 15:3b-4). Keberadaan kita adalah karena kasih karunia Allah.
Paulus tak merasa rendah diri atau menyalahkan dirinya di masa lalu. Sebaliknya dia semakin giat bekerja buat Tuhan tanpa merasa lelah atau menggerutu meski harus menghadapi banyak penderitaan. Paulus mengakui, “…aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkanNya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1 Korintus 15:9-10).
Komentar