"Carilah Tuhan, Supaya Kamu Hidup (Zefanya 2:1-3)"

 

MINGGU, 25 JUNI 2023

KELENDER GEREJAWI : HIJAU

                                                   PEMBACAAN ALKITAB : ZEFANYA 2:1-3

Gereja Kristen Injili DiTanah Papua Jemaat Filadelfia Abepantai

                               "Carilah Tuhan, Supaya Kamu Hidup (Zefanya 2:1-3)"





Kitab Zefanya adalah kitab nabi kesembilan dari dua belas nabi kecil. Isinya cukup pendek. Seperti kitab Yoel, Nahum dan Habakuk, kitab Zefanya hanya punya tiga pasal. Pesan intinya pun hanya ada dua.



Pertama, nubuat bahwa hari Tuhan segera tiba. Pada hari itu Tuhan akan menghukum semua orang yang berdosa. Tetapi orang yang rendah hati dan taat kepada Tuhan akan terhindar dari hukuman. Nubuat itu tergenapi pada tahun 587 SM ketika Yerusalem jatuh ke tangan Nebukadnezar dan umat Yehuda dibuang ke Babel.

 


Kedua, Tuhan akan membentuk umat baru yang hidup benar dan bersukacita dalam kemenangan iman. Mereka dipulihkan. Karena itu mereka akan menyembah Tuhan di Yerusalem. Bangsa-bangsa lain pun akan melihat betapa diberkatinya mereka oleh Tuhan.

Kedua pesan inti ini ada dalam tiga bagian utama kitab Zefanya. Bagian pertama dalam Pasal 1:1-2:3 yang berbicara tentang hari penghukuman atas Yehuda. Bagian kedua dalam Pasal 2:4-3:13 yang berbicara tentang hari penghukuman atas semua orang. Bagian yang ketiga dalam Pasal 3:14-20 yang berbicara tentang hari sukacita yang dijanjikan.

Zefanya adalah nabi yang berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Dia cukup mengenal baik kebiasaan dan politik di istana Yerusalem. Nubuatnya disampaikan menjelang Raja Yosia naik tahta di Yehuda.

 


 Raja Yosia memerintah pada tahun 640-609 SM. Dua raja sebelum Raja Yosia yaitu Manasye (687-642 SM) dan Amon (642-640 SM). Keduanya berbuat jahat di mata Tuhan. Mereka suka meniru berbagai kebiasaan buruk dari bangsa Asyur. Akibatnya umat Yehuda yang mereka pimpin pun ikut-ikutan. Yang ditiru mulai dari pakaian sampai penyembahan. Umat Yehuda dibolehkan menyembah bintang-bintang. Mereka juga menyembah dewa Baal dan dewa Milkom.

Dalam kondisi umat yang demikian, Zefanya memberikan pesan yang jelas. Umat Yehuda dan para pemimpinnya mesti bertobat. Mereka mesti berbalik kepada Tuhan. Sebab jika tidak maka murka Tuhan akan djatuhkan.

Pesan Zefanya inilah yang dilakukan oleh Raja Yosia ketika melakukan reformasi keagamaan di Yerusalem pada tahun 621 SM (2 Raja-raja 23:1-30). Oleh Yosia, berbagai dewa asing disingkirkan. Kitab Taurat yang ditemukan, digunakan kembali. Umat Yehuda pun didorong untuk hidup sesuai dengan isi hukum Taurat tersebut.

Namun sebelum reformasi yang dimulai oleh Raja Yosia diikuti oleh seluruh umat, dia terbunuh dalam pertempuran di Megido oleh tentara Mesir pada tahun 609 SM. Akibatnya umat dan para pemimpin yang menggantikan Yosia murtad. Mereka kembali ke cara-cara hidup lama yang jahat.

 


 Menurut Zefanya, sikap ini menunjukkan bahwa umat Yehuda tidak sungguh-sungguh melakukan reformasi keagamaan. Raja Yosia memang sungguh-sungguh. Tetapi bawahannya dan umat Yehuda bersikap acuh tak acuh. Mereka terlibat dalam reformasi bukan karena sadar melainkan karena perintah raja. Karena itu ketika raja masih ada, mereka patuh. Tetapi ketika raja tidak ada lagi, mereka acuh tak acuh. Bahkan mereka kembali ke cara-cara hidup yang lama.

 


Itu sebabnya dalam Zefanya 2:1-3, Zefanya memperingatkan umat Yehuda akan sikapnya itu. Dia mengajak mereka agar bersemangat dan berkumpul di hadapan Tuhan. Sebab jika tidak maka murka Tuhan yang menyala-nyala akan menimpa mereka. Tuhan mesti dicari dengan rendah hati. Hukum-hukum Tuhan mesti dilaksanakan. Keadilan mesti ditegakkan. Sebab dengan demikian umat terlindung dari murka Tuhan.

Dari bagian Alkitab ini, ada tiga hal yang mesti direnungkan. Pertama, sikap acuh tak acuh adalah dosa (ayat 1). Pada umumnya orang beranggapan bahwa dosa hanya terjadi ketika manusia melakukan kejahatan.

Misalnya, Menyembah berhala, mengabaikan kekudusan Tuhan, membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, tidak menghormati orang tua dan lain-lain. Jadi seolah-olah dosa hanya terjadi ketika manusia sudah melakukan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan. Ternyata tidak demikian.

 


Dosa tidak dimulai ketika manusia berbuat jahat saja. Dosa sudah terjadi ketika manusia tidak berbuat apa-apa atau masa bodoh. Jadi sikap malas itu dosa. Begitu juga dengan sikap acuh tak acuh. Itu adalah dosa di mata Tuhan.

 


 Perumpaman Yesus tentang talenta dalam Matius 25:14-30 juga menunjukkan hal yang sama. Dalam perumpamaan itu disebutkan bahwa orang yang menerima satu talenta dihukum. Kenapa dia dihukum? Itu bukan karena mencuri talenta melainkan karena tidak membungakannya. Artinya dia tidak mengerjakan tugasnya. Akibatnya dia dihukum berat. Jadi orang Kristen tidak boleh malas. Orang Kristen juga tidak boleh bersikap acuh tak acuh.

Setiap orang Kristen merupakan utusan–utusan Tuhan untuk menyampaikan kabar baik kepada dunia ini. Orang Kristen bukan dari dunia melainkan diutus ke dunia untuk bersaksi tentang Injil Kristus. Dengan demikian orang Kristen mesti selalu aktif melayani. Tidak boleh ada yang bersikap malas dan acuh tak acuh.

Selain sikap acuh tak acuh terhadap tugas dan tanggung jawab, Zefanya juga menunjukkan bahwa ada sikap acuh tak acuh terhadap pembaharuan yang dibawa oleh seorang pemimpin. Raja Yosia bersemangat melakukan pembaruan. Tetapi umat Yehuda tidak punya semangat yang sama. Mereka acuh tak acuh. Karena itu Tuhan menegur mereka.

Hal yang sama terjadi juga dalam kehidupan orang percaya pada masa kini. Misalnya, ketika seorang pendeta atau presbiter baru ditahbiskan, dia bersemangat untuk melakukan pembaruan. Tetapi tidak semua anggota jemaat bersemangat untuk melaksanakan pembaharuan itu. Mereka bersikap acuh tak acuh.

 


Di lingkup klasis dan sinode juga sama. Majelis Klasis Harian atau Majelis Sinode Harian bersemangat melakukan pembaharuan. Namun tidak semua orang bersemangat melaksanakannya. Ada yang bersikap acuh tak acuh.

Di lingkup pemerintahan pun sama saja. Misalnya, kepala desa terpilih yang baru dilantik sangat bersemangat untuk melakukan pembaharuan. Tetapi ada saja anggota masyarakat yang acuh tak acuh. Apalagi kalau anggota masyarakat itu berasal dari kelompok lawan politik. Mereka bukan hanya bersikap acuh tak acuh saja. Mereka bisa menjadi pembangkang.

Di tingkat kabupaten, propinsi dan pusat pun sama saja. Pemimpinnya bersamangat, tetapi yang dipimpin malah loyo. Mereka acuh tak acuh.

Terhadap sikap seperti ini, Zefanya mengingatkan. Berkumpul dan bersemangatlah! Artinya satukanlah tekad dan semangat. Berubahlah. Bekerjalah. Milikilah semangat untuk melayani Tuhan dan sesama. Sebab dengan demikian,kita akan terhindar dari hukuman. Sebaliknya, keselamatan dan hidup kekal akan diperoleh.

Kedua, kesempatan dari Tuhan ada batasnya (ayat 2).  Tuhan itu Maha Kasih. Dia panjang sabar. Tetapi ingat, kesabaran Tuhan ada batasnya.

Dalam bagian ini kita melihat bahwa murka Tuhan menyala-nyala. Artinya, Tuhan marah sekali. Itu terjadi ketika Raja Yosia sudah melaksanakan reformasi selama sebelas tahun tetapi umat Yehuda masih acuh tak acuh.

Jadi niat untuk bertobat sungguh-sungguh belum ada di kalangan umat. Justru yang sudah bertobat kembali murtad karena cuma ikut arus. Terhadap sikap umat Yehuda ini,

Tuhan memberikan teguran keras. Mereka diingatkan bahwa kesabaran dan kesempatan dari Tuhan terbatas.

 


Hal ini pun merupakan peringatan bagi orang percaya pada masa kini. Apabila saat ini masih hidup dalam dosa tetapi sepertinya aman-aman saja, jangan terlena. Itu artinya Tuhan masih berikan kesempatan untuk bertobat.

Yang belum bersedia untuk melayani Tuhan tetapi kehidupannya baik-baik saja, itu karena Tuhan masih memberikan kesempatan. Yang bersikap acuh tak acuh terhadap kehendak Tuhan dan menikmati hidup dengan tenang, itu pun hanya sementara. Tidak kekal.

Kesempatan dari Tuhan ada batasnya. Karena itu gunakanlah kesempatan yang ada untuk bertobat, mempersembahkan diri dan melayani Tuhan. Jangan tunggu sampai murka Tuhan menimpa kita. Sebab pada saat itu tidak ada satu pun yang dapat menolong.

Ketiga, Pertobatan mesti punya dampak yang baik di dalam relasi dengan Tuhan dan sesama (ayat 3). Dalam bagian ini Zefanya berseru kepada umat agar mencari Tuhan. Tetapi tidak hanya itu. Dia juga berseru untuk mencari keadilan dan kerendahan hati. Ini berarti mencari Tuhan saja tidak cukup apabila tidak ada keadilan dan kerendahan hati. Sebaliknya, keadilan dan kerendahan hati tidak akan diperoleh tanpa kehadiran Tuhan.

Perlu diingat bahwa ketika Zefanya menyampaikan hal ini, bukan karena dia sementara diperlakukan secara tidak adil. Bukan pula karena dia berasal dari masyarakat kelas bawah. Tidak demikian.

Zefanya itu orang terpandang. Dia cukup kaya. Karena itu apa yang dia sampaikan benar–benar merupakan firman Tuhan. Dia tidak punya kepentingan pribadi. Apa yang

Zefanya sampaikan bertujuan agar terjadi pemulihan relasi dalam persekutuan umat dengan Tuhan.

Hal ini menunjukkan bahwa pertobatan dalam bentuk pembaharuan hidup dan iman mesti membawa dampak yang baik dalam persekutuan. Bukan saja persekutuan dengan Tuhan tetapi juga dengan sesama. Tidak bisa ada orang yang bilang dia sudah bertobat tetapi kemudian memisahkan dirinya dari persekutuan dengan sesama. Seolah–olah hanya diri atau kelompoknya saja yang benar dan suci, sedangkan orang atau kelompok lain semuanya berdosa. Pertobatan semacam ini hanya pura-pura. Perlu dicari tahu motivasi yang sebenarnya.

Sebab pertobatan yang sejati adalah ketika seseorang berbalik kepada Tuhan maka akan memiliki kerendahan hati. Sesamanya pun akan diperlakukan dengan adil. Tidak ada diskriminasi, bullying, apalagi persekusi. Justru dia akan mengajak orang lain agar mengalami kasih Allah yang memulihkan. Pertobatan seperti inilah yang mesti dilakukan oleh setiap orang percaya. Amin.
































































Komentar

Postingan populer dari blog ini

IBADAH PERSEKUTUAN KAUM BAPAK 2023 BULAN SEPTEMBER TANGGAL 27 HARI RABU KE HARI MINGGU DI BAPAK YOPPY YAWAN

Penyerahan The Book Of Sidang Jemaat 2023

IBADAH PERSEKUTUAN KAUM BAPAK [PKB] JEMAAT GKI FILADELFIA ABEPANTAI