Ketidaktaatan Fatal Adam dan Kemenangan Ketaatan Kristus
Ketidaktaatan Fatal Adam dan Kemenangan Ketaatan Kristus
Oleh : Leonard Y.F. Kbarek
Roma merupakan ibu kota kerajaan besar yang
membentang dari Inggris hingga
tanah Arab. Sebagai pusat kota, Roma menjadi sentral kegiatan dari berbagai bangsa. Donald Guthrie, “Surat
Paulus kepada Jemaat Roma” dalam Pedoman Lengkap Pemahaman
Alkitab(Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 2002), 655. Hal itu menjadikan kota tersebut sebagai kota
yang paling strategis pada zaman
Paulus, baik secara politis
maupun secara administratif. Penyebabnya adalah ketersediaan
dan kelengkapan berbagai fasilitas umum yang memungkinkan mereka benar–benar mengalami kenyamanan. Di
samping itu, kemampuan pemerintah Romawi
menata dan menjalankantugas
mereka, membawa mereka sampai kepada puncak
kemakmuran yang disebut “Pax Romana.” J.
McKee Adam, Biblical
Backgrounds (Nashville:
Broadman Press, 1965), 212. Jaminan pemerintah akan keamanan dan kenyamanan para pelaku bisnis,
tentara, petugas pemerintahan dan lain–lain,
merupakan suatu hal yang tidak perlu diragukan lagi. Wajar jikalau kemudian Kota Roma tidak pernah sepi orang–orang
yang lalu lalang, setiap waktu. Selain
itu kota tersebut juga menjadi tempat di mana berbagai bangsa datang dalam satu tempat dari berbagai kepentingan tanpa
ada gangguan atau tekanan. Guthrie, Pedoman Lengkap Pemahaman Alkitab, 654. Hal
lain yang mempersatukan mereka
adalah adanya tindakan pemerintah untuk
menyatukan semua bangsa yang berada dalam kekuasaan Romawi melalui penggunaan bahasa yang sama yaitu bahasa
Yunani Koine. Karena itu pertukaran kebudayaanpun
menjadi suatu keharusan untuk
dapat diterima oleh semua orang yang
ada dalam wilayah pemerintahan Romawi.
Jemaat Roma terdiri dari gabungan antara orang–orang Yahudi dan non Yahudi. Donal
Guthrie, Semedi, H.
A.Oppusunggu, “Roma, Surat Kepada” dalam Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 2005), 324. Mereka hidup secara berdampingan, sehingga di
mungkinkan bahwa tidak ada
perselisihan yang sangat serius
di antara keduanya. Meskipun Suetonius memberitakan
adanya pertikaian, tetapi hal itu masih diragukan karena pada saat itu organisasi telah berkembang menjadi besar,
sehingga tidak mungkin para pemuka Yahudi
tidak mengetahuinya. Paulus sendiri belum
tahu secara pasti perihal kondisi Jemaat
Roma karena belum pernah mengunjungi mereka. Karena itu pulalah maka surat Paulus kepada Jemaat Roma ini memilik
corak yang sangat berbeda dari tulisan-tulisannya yang lain. E. A. Judge, Broto Semedi, dan H. A. Oppusunggu,
“Roma” dalam Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 2005), 322.
Pada
umumnya Paulus menulis suratnya
berdasarkan kondisi tiap–tiap jemaat yang dikiriminya, tetapi
tidak demikian dengan suratnya kepada
Jemaat Roma. Ia lebih banyak berbicara secara teologis. Willi Marxsen, Pengantar
Perjanjian Baru(Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1999), 105. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada
perselisihan sama sekali. Diperkirakan
sedang timbul di tengah–tengah
jemaat, sikap saling mengkritik dan saling
merendahkan antara satu dengan yang lainnya. Karena itu tujuan utama dari suratnya kepada Jemaat Roma adalah untuk
menyampaikan kerinduan hatinya yang terus
berkobar untuk mengunjungi mereka, yang
telah terpendam sejak lama namun belum
pernah terlaksana (15:22-25).
Tujuannya adalah untuk menguatkan jemaat bahwa
meskipun belum pernah bertemu tetapi mereka juga ada di dalam hati Rasul Paulus, sehingga mereka merasa terhibur.
Paulus berharap bahwa dalam perjalannnya ke Spanyol, nantinya dapat
menyempatkan diri untuk singgah dan mengunjungi
mereka. Karena itu Paulus meminta supaya mereka dapat membantu kelancaran perjalanananya (15 : 24). Selain
itu Paulus juga meminta bantuan doa jemaat
sehubungan dengan
perjalanannya ke Yerusalem, di mana ia akan menghadapi
bahaya dari orang-orang Yahudi
yang tidak percaya, untuk menyerahkan
suatu persembahan jemaat (15 : 30–32). Dave Hagelberg, Interpretasi
Roma(Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 1996), 7. Ada kemungkinan bahwa surat ini ditulis di
Korintus saat ia tinggal di kota itu
selama tiga bulan setelah
diusir dari Efesus sehubungan denga peristiwa Demitrius
si tukang perak itu (Kisah Para Rasul 20 : 3). Di sana ia tinggal di rumah
Gayus (16 : 23), seorang murid
yang telah dibaptis sendiri oleh Paulus (I Korintus 1 : 14). Kemungkinan surat ini dikirimkanmelalui Febe yang sedang dalam perjalanan menuju ke kota Roma. Jika memang demikian,
maka itu berarti surat ini ditulis sekitar
tahun 55 M saat perjalanan misinya yang ketiga, menjelang kepulangannya ke Asia Kecil dan Yerusalem. Ola Tulloan, Introduksi
Perjanjian Baru(Batu: Sekolah
Tinggi Teologia I-3, 1995), 82.
Paulus
adalah penulis surat kepada
jemaat di Roma. Walaupun ia
seorang warga negara Roma,
Paulus adalah seorang Yahudi dari suku Benyamin (Filipi 3 : 5, Roma
11 : 1). Selaku
anak seorang Yahudi dibesarkan di Tarsus ibu kota Kilikia, ia belajar membuat tenda (Kisah Para Rasul 18 : 1–3).
Orang tuanya yang tekun beragama menyekolahkan dia pada masa mudanya di
Yerusalem (Kisah Para Rasul 26
: 4). Dididik oleh seorang ilmuwan Yahudi terkenal yaitu
Gamaliel (Kisah Para Rasul 22 :
3). Kemungkinan besar dia
menguasai bahasa Ibrani, Aramik, dan Yunani (Kisah
Para Rasul 21 : 37, 40; 22 : 2
dan kemungkinan besar
menguasai bahasa Latin. Mengapa
Paulus menulis surat kepada jemaat
di Roma? Surat ini ditulis bertujuan untuk menyediakan hati mereka menyambutnya pada kunjungan yang pertama
(Roma 1 : 10–13).
Kemungkinan lain adalah usaha untuk menyelesaikan beberapa keadaan tertentu di
jemaat (Roma 16 : 17 – 20).
Namun alasan utama adalah
mengubah iman umat Kristen di Roma dengan
menyajikan kepada mereka injil dengan teratur. “Dalam
surat kirimannya kepada orang-orang Roma, Paulus mengemukakan prinsip–prinsip injil yang agung itu. Ia
menyatakan kedudukannya atas penyataan–penyataan yang menghasud kaum Yahudi
dan gereja kafir, serta menunjukkan bahwa pengharapan dan janji yang dikhususkan kepada bangsa Yahudi kini
diberikan juga kepada orang–orang
kafir.” Ellen G. White, Alfa and Omega: Kisah Para Rasul (Bandung
: Indonesia Publishing House,
1998) 294.
Bagi manusia berlaku pepatah “sejahat-jahatnya harimau, tidak akan pernah memakan anaknya”. Bagaimana pun seorang anak bandel, kurang ajar, bahkan durhaka kepada orang tuanya, mereka tidak akan sampai hati membinasakan anak sendiri. Mereka bisa marah dan menghukum, tetapi kemudian mereka kembali mengampuni dan memulihkannya.
Keberdosaan manusia di hadapan Allah tidak dapat dibandingkan dengan kenakalan seorang anak terhadap orang tuanya. Dosa manusia adalah pemberontakan dan pendurhakaan tiada tara kepada Pencipta dan Pemiliknya. Akibat dosa juga dahsyat. Selain membawa efek penderitaan bagi semua makhluk di dunia ini, dosa satu orang Adam, mengakibatkan semua orang keturunannya juga berdosa (12). Semua manusia menerima akibat dosa, yaitu maut. Tidak seorang pun bisa membebaskan dirinya dari akibat dan hukuman dosa. Justru Taurat diberikan agar orang menyadari akan keberdosaan dan ketidakberdayaannya (13, 21).
Demikian juga kasih Allah jauh melampaui kasih orang tua. Allah yang kudus, walau murka terhadap dosa, kasih karunia-Nya jauh melampaui kedahsyatan dosa. Oleh satu orang yang Allah utus, yaitu Yesus -dengan perbuatan kebenaran-Nya (18), yaitu taat pada kehendak Allah (19) untuk mati di salib menggantikan manusia berdosa- pembenaran untuk hidup datang kepada manusia. Setiap orang yang percaya kepada Yesus diampuni dosanya dan dibenarkan Allah.
Tuhan sungguh “orang tua” yang luar biasa! Di saat kita sebagai anak-anak-Nya yang terkasih melukai perasaan-Nya karena dosa, Dia rela merendahkan diri dan memberi diri melalui Yesus sebagai kurban tebusan untuk memulihkan hubungan-Nya dengan kita. Kita yang sudah mengalami anugerah keselamatan-Nya, harus membalas dengan kasih kita yang sungguh-sungguh. Pertama, tidak bermain-main dengan dosa. Kedua, beritakan kasih Allah melalui Kristus ini kepada orang-orang di sekeliling kita. Agar mereka pun beroleh kasih karunia dan pembenaran oleh iman dari Kristus!
Yesus yang Suprematif
Salah satu tujuan dari seri khotbah ini adalah untuk menanamkan pada pikiran kita fakta bahwa Yesus Kristus adalah Pribadi yang paling penting di alam semesta – tetapi tidak lebih penting daripada Allah Bapa atau Allah Roh. Bersama Mereka, Ia itu setara dalam keberhargaan, keindahan, hikmat, keadilan, kasih dan kuasa. Tetapi Ia itu lebih penting dari semua pribadi yang lain – entah itu malaikat atau iblis atau raja atau komandan atau ilmuwan atau artis atau filsuf atau atlet atau musisi atau aktor – orang-orang yang hidup sekarang, atau pernah hidup, atau yang akan hidup. Yesus Kristus itulah yang suprematif (tertinggi).
Segala Sesuatu bagi Yesus – Bahkan Kejahatan
Seri khotbah ini juga dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa segala sesuatu yang eksis – termasuk kejahatan – ditetapkan oleh Allah yang mahakudus dan mahabijak untuk menjadikan kemuliaan Kristus bersinar dengan lebih terang. Beberapa di antara kita minggu ini baru saja membaca, menurut rencana bacaan Alkitab kita, Amsal 16:4: “TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.” Allah telah melakukan hal ini dalam cara-Nya sendiri yang rahasia yang tetap menuntut tanggung jawab orang-orang jahat dan menjaga ketidakberdosaan hati-Nya sendiri. Kita melihat dua minggu lalu bahwa segala seuatu dijadikan oleh Kristus dan untuk Kristus (Kolose 1:16). Dan itu termasuk, kata Paulus, “singgasana, kerajaan, pemerintah dan penguasa” yang dikalahkan oleh Kristus di salib. Semua itu dibuat “untuk hari malapetaka.” Dan pada hari itu, kekuasaan, keadilan, murka dan kasih Kristus ditunjukkan. Cepat atau lambat, setiap pemberontakan melawan Dia akan runtuh.
Allah yang Ada di sana
Seri khotbah ini juga bertujuan untuk memperkuat keyakinan bahwa Kekristenan bukan-lah sekadar sekumpulan gagasan, praktik, dan perasaan yang dirancang untuk kesejahtera-an psikologis kita – tidak peduli dirancang oleh Allah atau manusia. Kekristenan tidaklah seperti ini. Kekristenan dimulai dengan keyakinan bahwa Allah adalah realitas objektif di luar diri kita. Kita tidak menjadikan Dia sebagaimana adanya dengan memikirkan sesuatu tentang Dia. Sebagaimana Francis Schaefer berkata, Ia adalah Allah yang ada di sana. Kita tidak menjadikan Dia. Ialah yang menjadikan kita. Kita tidak memutuskan akan menjadi seperti apa Dia. Ialah yang memutuskan akan menjadi seperti apa kita. Ia menciptakan alam semesta, dan alam semesta memiliki arti yang Ia berikan kepadanya, bukan arti yang kita berikan kepadanya. Jika kita memberi alam semesta arti yang berbeda dari arti yang Dia berikan, kita adalah orang-orang bodoh. Dan pada akhirnya hidup kita akan menjadi tragis. Kekristenan bukanlah suatu permainan; Kekristenan bukanlah suatu terapi. Semua doktrinnya mengalir keluar dari siapakah Allah itu dan apa yang telah Dia lakukan dalam sejarah. Semua doktrin itu dapat dicocokkan dengan fakta-fakta yang sesungguhnya. Kekristenan lebih dari fakta-fakta. Ada iman, pengharapan dan kasih. Tetapi ketiganya tidak mengambang di udara. Ketiganya tumbuh seperti pohon aras yang besar di batu karang kebenaran Allah.
Dan alasan saya membuat hal ini menjadi salah satu tujuan dari seri khotbah ini adalah karena saya sangat diyakinkan dari Alkitab bahwa sukacita kekal, kekuatan dan kekudusan Anda bergantung pada kekuatan sudut pandang ini dalam membangun otot dan urat yang kuat ke dalam tulang punggung iman Anda. Sudut pandang yang lemah menjadikan orang Kristen yang lemah. Dan orang Kristen yang lemah tidak akan bertahan di hari-hari mendatang. Emosionalisme yang tak berakar yang memperlakukan Kekristenan seperti suatu pilihan terapeutik akan disapu bersih pada Hari-hari Terakhir. Orang-orang yang akan tetap bertahan adalah orang-orang yang telah membangun rumah mereka di atas batu karang kebenaran yang objektif dan luar biasa di mana Yesus Kristus adalah asal mula, pusat dan tujuan dari semua itu.
Kemuliaan Yesus Direncanakan dalam Dosa Adam
Fokus hari ini adalah pada dosa spektakuler manusia pertama, Adam, dan bagaimana hal itu menyiapkan panggung bagi kekuatan balasan yang lebih spektakuler dari Yesus Kristus. Marilah kita beralih ke Roma 5:12-21. Pada musim panas tahun 2000, kita menghabiskan lima minggu pada ayat-ayat ini. Hari ini fokusnya berbeda dari apa pun yang kita lihat dalam minggu-minggu itu.
Saya ingin kita berfokus pada kemuliaan Kristus sebagai tujuan utama yang Allah maksudkan ketika Ia merencanakan dan mengizinkan dosa Adam dan, bersama Adam, kejatuhan seluruh umat manusia ke dalam dosa. Ingat apa yang telah saya katakan minggu lalu: Apa pun yang Allah izinkan, Ia izinkan untuk suatu alasan. Dan alasan-alasan-Nya itu selalu lebih bijaksana dan bertujuan secara tak terbatas. Ia tidak harus membiarkan Kejatuhan dalam dosa itu terjadi. Ia dapat menghentikannya, seperti Ia dapat menghentikan kejatuhan Iblis (sebagaimana yang kita lihat minggu lalu). Fakta bahwa Ia tidak menghentikannya berarti Ia memiliki suatu alasan, suatu tujuan untuk hal itu. Dan Ia tidak menyusun rencana-rencana-Nya sambil lalu. Apa yang Ia ketahui sebagai hal yang bijaksana, selalu Ia ketahui sebagai hal yang bijaksana. Karena itu, dosa Adam dan kejatuhan umat manusia bersama Adam ke dalam dosa dan penderitaan tidaklah mengejutkan Allah, tetapi itu adalah bagian dari rencana-Nya yang terpenting untuk menunjukkan kepenuhan kemuliaan Yesus Kristus.
Salah satu cara yang paling jelas untuk menunjukkan hal ini dari Alkitab – tetapi kita tidak akan masuk ke dalamnya secara rinci di sini – adalah melihat ke perikop–perikop di mana korban Kristus yang mengalahkan dosa itu ditunjukkan, sudah ada dalam pikiran Allah sebelum dunia dijadikan. (Untuk detail lebih lanjut, lihat khotbah “Penderitaan Kristus dan Kedaulatan Allah.”) Contohnya, di Wahyu 13:8, Yohanes menulis tentang “setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih.” Maka ada sebuah kitab sebelum dunia dijadi-kan yang disebut “kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih” Sebelum dunia diciptakan, Allah sudah merencanakan bahwa Anak-Nya akan disembelih seperti Anak Domba untuk menyelamatkan semua orang yang namanya tertulis dalam kitab itu. Kita dapat melihat ke banyak teks lainnya seperti ini (Efesus 1:4-5; 2 Timotius 1:9; Titus 1:1-2; 1 Petrus 1:20) untuk melihat pandangan Alkitab bahwa penderitaan dan kematian Kristus bagi dosa tidaklah direncanakan setelah Adam berdosa, tetapi sebelumnya. Kare-na itu, ketika dosa Adam terjadi, Allah tidak dikejutkan olehnya, tetapi sudah menjadi-kannya bagian dari rencana-Nya –yaitu, suatu rencana untuk menunjukkan kesabaran-Nya yang menakjubkan, anugerah, keadilan dan murka-Nya dalam sejarah penebusan, dan kemudian puncaknya, untuk menyatakan kebesaran Anak-Nya sebagai Adam yang ke-dua, yang lebih unggul dalam segala hal dari Adam yang pertama.
Mari kita melihat ke Roma 5:12-21, kali ini ingatlah bahwa dosa spektakuler Adam tidak mengacaukan tujuan-tujuan Allah untuk meninggikan Kristus, tetapi sebaliknya, malah melayani tujuan-tujuan itu. Inilah cara kita akan melihat ke ayat-ayat ini. Ada lima rujukan yang eksplisit kepada Kristus. Salah satu dari rujukan-rujukan itu menunjukkan cara Paulus berpikir tentang Kristus dan Adam. Dan selebihnya dari rujukan-rujukan itu menunjukkan bagaimana Kristus itu lebih besar daripada Adam. Dua dari rujukan-rujukan itu begitu mirip, sehingga akan kita satukan. Ini berarti kita akan melihat tiga aspek dari keunggulan Kristus.
Yesus, “Dia yang Akan Datang”
Maka pertama–tama, marilah kita melihat kepada cara Kristus dirujuk di ayat 14 dan membaca ayat 12-13 untuk konteksnya: “Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. 13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. 14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.” Ada rujukan kepada Kristus: “Dia yang akan datang.”
Ayat 14 menunjukkan cara Paulus berpikir dalam selebihnya dari nas itu. Adam disebut “tipe” dari Dia yang akan datang, yaitu, tipe Kristus. Perhatikan lebih dahulu hal yang paling jelas: Kristus “akan datang.” Sejak awal, Kristus adalah “Dia yang akan datang.” Paulus menunjukkan bahwa Kristus bukanlah pikiran yang timbul kemudian. Paulus tidak mengatakan bahwa Kristus dipahami sebagai tiruan dari Adam. Ia mengatakan bahwa Adam merupakan tipe Kristus. Allah memperlakukan Adam dalam suatu cara yang akan membuat dia tipe dari cara Ia merencanakan untuk memuliakan Anak-Nya. Suatu tipe adalah bayangan akan sesuatu yang akan datang kemudian dan yang akan seperti tipe itu – hanya lebih baik. Maka Allah memperlakukan Adam dalam suatu cara yang akan membuat dia tipe Kristus.
Sekarang perhatikan lebih dekat dalam alur pikiran Paulus hanya pada bagian di mana ia memilih untuk mengatakan bahwa Adam adalah tipe Kristus. Ayat 14: “Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.” Ia memilih untuk mengatakan kepada kita bahwa Adam adalah tipe Kristus hanya setelah mengatakan bahwa bahkan orang-orang yang tidak berdosa dalam cara Adam berdosa, masih menanggung hukuman yang Adam tanggung. Mengapa Paulus, baru pada saat ini, mengatakan bahwa Adam adalah tipe Kristus?
Yesus, Kepala Perwakilan Kita
Karena apa yang baru saja Paulus katakan mengambil esensi dari bagaimana Kristus dan Adam itu sama dan berbeda. Inilah paralelnya: Orang-orang yang pelanggarannya tidak seperti Adam mati seperti Adam. Mengapa demikian? Karena mereka dikaitkan dengan Adam. Adam adalah kepala perwakilan umat manusia mereka, dan dosanya diperhitungkan sebagai dosa mereka karena kaitan mereka dengan dia. Itulah esensi dari mengapa Adam disebut tipe Kristus – karena ketaatan kita bukanlah seperti ketaatan Kristus namun kita memiliki hidup yang kekal bersama Kristus. Mengapa demikian? Karena kita dikaitkan dengan Kristus oleh iman. Ia adalah kepala perwakilan umat manusia yang baru dan kebenaran-Nya diperhitungkan sebagai kebenaran kita karena kaitan kita dengan Dia (bdk. Roma 6:5).
Ada paralel yang diimplikasikan dalam menyebut Adam tipe Kristus:
Adam > dosa Adam > umat manusia yang dihukum di dalam dia > kematian yang kekal
Kristus > kebenaran Kristus > umat manusia yang baru yang dibenarkan di dalam Dia > hidup yang kekal
Selebihnya dari nas itu membongkar betapa Kristus dan karya penyelamatan-Nya jauh le-bih besar daripada Adam dan karyanya yang destruktif. Ingatlah apa yang telah saya ka-takan di awal. Apa yang sedang kita lihat di sini adalah penyataan Allah akan realitas-realitas yang mendefinisikan dunia di mana setiap orang di planet ini hidup di dalamnya. Setiap orang di planet ini termasuk dalam teks ini, karena Adam adalah bapa dari setiap orang. Karena itu, setiap orang yang Anda temui di Amerika atau di negara lain dari suku bangsa apa pun sedang menghadapi apa yang teks ini bicarakan. Kematian dalam Adam atau kehidupan dalam Kristus. Ini merupakan sebuah teks global. Jangan melewatkan fakta ini. Ini merupakan penegasan realitas bagi setiap orang yang sesungguhnya akan Anda temui. Sudut pandang yang lemah menghasilkan orang Kristen yang lemah. Ini bukanlah sudut pandang yang lemah. Sudut pandang ini merentang di sepanjang sejarah dan di seluruh penjuru bumi. Sudut pandang ini sangat memengaruhi setiap orang di dunia dan setiap pokok berita di internet.
Merayakan Keunggulan Yesus
Sekarang marilah kita melihat kepada tiga cara Paulus merayakan keunggulan Kristus dan karya-Nya atas Adam dan karya Adam. Ketiganya dapat dirangkum di bawah tiga frasa: 1) kelimpahan anugerah, 2) kesempurnaan ketaatan, dan 3) berkuasanya kehidupan.
1) Kelimpahan Anugerah
Pertama, ayat 15 dan kelimpahan anugerah (kasih karunia). “Tetapi karunia Allah [yaitu, anugerah kebenaran, ayat 17] tidaklah sama dengan pelanggaran. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Penekanannya di sini adalah bahwa anugerah Allah jauh lebih berkuasa daripada pelanggaran Adam. Itulah apa yang ditandakan oleh kata-kata “jauh lebih”: “jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah ... yang dilimpahkan-Nya atas semua orang.” Jika pelanggaran manusia membawa kematian, betapa jauh lebih lagi anugerah Allah membawa kehidupan.
Tetapi Paulus berkata lebih spesifik daripada hal itu. Anugerah Allah secara khusus adalah “kasih karunia karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” “Jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Ini bukanlah dua anugerah yang berbeda. “Karunia-Nya karena satu orang, yaitu Yesus Kristus” merupakan inkarnasi dari anugerah Allah. Itulah cara Paulus mengatakan hal itu, misalnya, di Titus 2:11: “Kasih karunia Allah yang menyelamatkan ... sudah nyata [yaitu, dalam Yesus].” Dan di 2 Timotius 1:9: “Kasih karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus....” Maka, anugerah yang ada di dalam Yesus adalah anugerah Allah.
Anugerah ini adalah anugerah yang berdaulat. Anugerah ini mengalahkan segala sesuatu yang menghalangi. Sebentar lagi kita akan melihat bahwa anugerah ini memiliki kuasa dari raja alam semesta. Ini adalah anugerah yang berkuasa. Ini adalah perayaan pertama akan keunggulan Kristus atas Adam. Ketika pelanggaran karena satu orang, yaitu Adam, dan anugerah karena satu orang, yaitu Yesus Kristus, bertemu, Adam dan pelanggarannya lenyap. Kristus dan anugerah menang. Itu adalah kabar yang sangat baik bagi orang-orang yang menjadi milik Kristus.
2) Kesempurnaan Ketaatan
Kedua, Paulus merayakan cara anugerah Kristus mengalahkan pelanggaran dan kematian Adam, yaitu kesempurnaan ketaatan Kristus. Ayat 19: “Sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang [yaitu, ketidaktaatan Adam] semua orang telah menjadi orang berdosa, de-mikian pula oleh ketaatan satu orang [yaitu, ketaatan Kristus] semua orang menjadi orang benar.” Maka anugerah karena satu orang, yaitu Yesus Kristus, mencegah Dia berbuat dosa – membuat Dia tetap taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib (Filipi 2:8) – sehingga Ia mempersembahkan ketaatan yang tak bercacat dan sempurna kepada Bapa di pihak orang-orang yang terkait dengan-Nya oleh iman. Adam gagal dalam ketaatannya. Kristus berhasil secara sempurna. Adam adalah sumber dosa dan kematian. Kristus adalah sumber ketaatan dan kehidupan.
Kristus adalah seperti Adam, yang adalah tipe Kristus – keduanya merupakan kepala perwakilan umat manusia yang lama dan umat manusia yang baru. Allah mengaitkan kegagalan Adam dengan umat manusianya dan Allah mengaitkan keberhasilan Kristus dengan umat manusia-Nya, karena bagaimana kedua umat manusia ini disatukan dengan kepala mereka berturut-turut. Keunggulan besar Kristus adalah bahwa Ia bukan hanya berhasil dalam menaati secara sempurna, tetapi menaati dalam suatu cara sedemikian rupa sehingga berjuta-juta orang diperhitungkan benar karena ketaatan-Nya. Apakah Anda hanya terkait dengan Adam? Apakah Anda hanya bagian dari umat manusia yang perta-ma yang terikat untuk kematian? Atau apakah Anda juga terkait dengan Kristus, dan bagian dari umat manusia yang baru yang terikat untuk kehidupan kekal?
3) Berkuasanya Kehidupan
Ketiga, Paulus merayakan bukan hanya mengaitkan Kristus yang berlimpah dan ketaatan Kristus yang sempurna, tetapi akhirnya, berkuasanya kehidupan. Oleh ketaatan Kristus anugerah membawa kepada kemenangan hidup yang kekal. Ayat 21: “... sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Anugerah akan berkuasa oleh kebenaran (yaitu, oleh kebenaran Kristus yang sempurna) sampai klimaks besar hidup yang kekal – dan semua itu adalah “oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”
Atau, sekali lagi di ayat 17, berita yang serupa: “Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.” Pola yang sama: Anugerah oleh karunia kebenaran yang diberikan dengan cuma-cuma membawa kepada kemenangan hidup, dan semua itu oleh Yesus Kristus.
Saya menyebutkan di atas bahwa anugerah Allah dalam Kristus yang Paulus sebutkan di ayat-ayat ini adalah anugerah yang berdaulat. Inilah tempat Anda melihat hal itu, yaitu, dalam kata berkuasa. Kematian memiliki semacam kedaulatan atas manusia dan berkuasa atas semua orang. Semua orang mati. Tetapi anugerah mengalahkan dosa dan kematian. Anugerah berkuasa dalam hidup bahkan atas orang-orang yang pernah mati. Itulah anugerah yang berdaulat.
Ketaatan Spektakuler Yesus
Inilah kemuliaan Kristus yang besar – Ia teramat jauh lebih cemerlang daripada manusia pertama, Adam. Dosa spektakuler Adam tidaklah sebesar anugerah dan ketaatan spektakuler Kristus dan karunia hidup kekal. Sesungguhnya, rencana Allah dari sejak awal, dalam kebenaran-Nya yang sempurna, adalah bahwa Adam, sebagai kepala perwa-kilan umat manusia, akan menjadi tipe Kristus sebagai kepala perwakilan umat manusia yang baru. Rencana-Nya adalah bahwa dengan perbandingan dan kontras ini, kemuliaan Kristus akan bersinar jauh lebih terang.
Ayat 17 menyerahkan masalah itu kepada Anda secara sangat pribadi dan sangat mendesak. Di manakah Anda berada? “Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.” Perhatikan kata-kata itu dengan sangat cermat dan pribadi: “mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebe-naran.”
Kata-kata yang Berharga bagi Orang Berdosa
Ini adalah kata-kata yang berharga bagi orang berdosa: Anugerah itu cuma-cuma, karunia itu cuma-cuma, kebenaran Kristus itu cuma-cuma. Akankah Anda menerimanya sebagai pengharapan dan harta dari kehidupan Anda? Jika Anda menerima, Anda akan “hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.” Terimalah sekarang. Beri-kan kesaksian akan hal itu dalam baptisan. Dan jadilah bagian yang hidup dari umat Kristus.
Komentar